Saturday, May 12, 2012

PEMANASAN GLOBAL

Sumber : http://indoorenergy.com/greenenergy/green-energy-vs-greenhouse-effect

Tuesday, May 8, 2012

LAPORAN TAKSMON CYANOPHYTA

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI MONERA DAN PROTISTA
Judul Praktikum : Cyanophyta
Oleh : Ahmad Syarief Ramadhani
NIM : RRA1C409013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PRAKTIKUM TAKSMON CHLOROPHYTA

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI MONERA DAN PROTISTA
Judul Praktikum : Chlorophyta
Oleh : Ahmad Syarief Ramadhani
NIM : RRA1C409013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
      Indonesia dikenal sebagai negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam. sebagai negara yang luas wilayah lebih dari 70%, salah satu kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan adalah sumber daya alam hayati. selain ikan, alterbative hasil laut yang biasa diolah adalah alga meskipun tidak semua alga bisa digunakan.
      Alga dalam istilah indonesia sering disebut dengan ganggang, ganggang merupakan tumbuhan talus karena belum memiliki akar, batang dan daun sejati. Alga (ganggang) dapat dibedakan menjadi 7 kelompok yaitu Cyanophyta, Chlorophyta, Euglenophyta, phyrophyta, Crysophyta, Phaeyophyta, Rhodophyta.
     Alga berukuran amat beragam daribeberapa mikrometer sampai bermeter-meter panjangnya. organisme ini mengandung klorofil serta pigmen-pigmen lain untuk melangsungkan fotosintesis. tersebar luas di alam dan dijumpai hampir di segala macam lingkungan yang terkena sinar matahari. morfologi dan ciri-ciri utama yang lain sangat beraneka ragam.
  Kebanyakan Alga berukuran mikroskopis, artinya teknik-teknik yang biasa dipergunakan oleh mikrobiologiwan untuk menelaah bakteri dan cendawan dapat dipergunakan juga untuk menelaah mikroalgae ini. Telaah Alga disebut fikologi. kebanyakan alga hidup di air, karena hampir 70% permukaan bumi terdiri dari air. maka boleh jadi banyaknya karbon yang terfiksasi (tertangkap sebagaikarbondioksida dan diubah menjadi senyawa karbon organik seperti misalnya gula-gulaan). melalui fotosintesis oleh alga sama jumlahnya dengan tertambat oleh seluruh flora daratan. Algarenik tak terapung-apung merupakan bagian dari fitoplankton (flora laut yang tersuspensi) dan berguna sebagai sumber makanan yang penting bagi organisme-organisme lain. seperti yang besar-besar misalnya ikan paus. Ganggang ini merupakan dasar atas permulaan kebanyakan rantai makanan akuatik karena kegiatan fotosintesisnya dan oleh sebab itu dinamakanprodusen primer bahan organik.
    Praktikum kali ini mengamati jenis-jenis alga divisi chlorophyta yang hidup disekitar kita. dari berbagai macam sumber air mulai tergenang, laut, sumur dan sebagainya.

1.2 Tujuan
      Praktikum ini bertujuan untuk mengenal contoh-contoh spesies yang repsentatif dari divisio chlorophyta.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Chlorophycophyta
     Kelompok organisme yang besar ini disebut alga hijau, terutama terdiri dari spesies-spesies air tawar. Sebagian ganggang hijau mengandung satu kloroplas yang berisikan pusat-pusat pembentukan pati yang dinamakan pirenoid. Alga hijau (green Algae) dinamai berdasarkan kloroplasnya yang berwarna hijau rumput itu yang sangat mirip dengan kloroplas dari organisme yang secara tradisional kita sebut tumbuhan dalam hal ultrastruktur dan komposisi pigmennya. Sistematika molekular dan morfologi selular hanya meninggalkan sedikit keraguan bahwa alga hijau dan tumbuhan berkerabat sangat dekat, pada kenyataanya sejumlah ahli sistematika sekarang mendukung dimasukannya alga hijau dalam kingdom tumbuhan. Bukti-bukti kuat mendukung hipotesis bahwa alga hijau dan tumbuhan berasal dari satu nenek moyang bersama yang berbeda dari nenek moyang stramenopila dan alga merah. Nenek moyang bersama itu kemungkinan suatu autotrof fotosintetik yang muncul melalui penyatuan endosimbiotik antara eukariota heterotropik berflagelata dan cyanophyta (Michael, 1986:246).
        Lebih dari 7000 spesies alga hijau telah diidentifikasi. Sebagian besar diantaranya hidup di air tawar, akan tetapi ada juga yang merupakan spesies laut. Berbagai spesies alga hijau uniselular hidup hidup sebagai plankton atau menghuni tanah yang lembab atau salju. Beberapa spesies lainnya hidup secara simbiotik di dalam eukariota lainnya, yang memberikan sebagian produk fotosintesisnya untuk cadangan makanan inangnya. klorophyta merupakan salah satu alga hidup simbiotik dengan fungsi dalam kumpulan mutualistik yang dikenal sebagai lichen atau lumut kerak (Campbell, 2004:146).

2.2 Perkembangbiakan Chlorophyta
     Ganggang hujau berkembang biak dengan membelah. dengan pembentukan zoospora aseksual berflagella, atau secara seksual yaitu isogami dan heterogami. Chlamydomonas dianggap sebagai ganggang yang khas. ganggang hujau ini uniselular, motil, dan tersebar luas di tanah dan di air tawar. Ukurannya berkisar antara 3 sampai 30 μm pada bentuk-bentuk yang umum, dan ganggang ini motil, kecuali selama pembelahan sel. Motilitas tersebut disebabkan olehh adanya dua flagela. Setiap sel mempunyai satu nukleus dan satu kloroplas besar yang berbentuk mangkuk pada kebanyakan spesies. Dinding sel mengandung selulose. Bintik mata merah (stigma) adalah situs persepsi cahaya dan dan mengendalikan respons fototaktik (gerak menuju cahaya) organisme tersebut. Selain  itu terdapat juga vakuola kontraktil yang berguna untuk memaksa kelebihan air keluar dari selnya (Pelczar, 1993).
     Pada pembelahan aseksual individu yang berenang bebas menjadi nonmotil karena flagelnya menghilang kemudian menjalani pembelahan protoplas secara membujur sehingga terbentuklah protoplas anak sebanyak dua, empat, atau delapan. sel-sel itu membentuk  dua  flagel  masing-masing  dan  membangun  dinding  sel  baru.  kemudian  di  lepaskan  dari  dinding  sel   induknya   
(Michael, 1986:246-249).


BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan
        Alat
        - Mikroskop
        - Objek glass
        - Cover glass
        - Pipet tetes

       Bahan
        - Air kolam

3.2 Prosedur Kerja
       1. Dibersihkan mikroskop
       2. Dibersihkan cover dan objek glass
       3. Diteteskan air kolam ke objek glass menggunakan pipet tetes
       4. Ditutup objek glass dengan cover glass
       5. Diamati di bawah mikroskop
       6. Diamati mikroorganisme yang terdapat di preparat
       7. Dicatat hasil pengamatan


BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
      Pada praktikum ini didapat spesies-spesies sebagai berikut:

4.2 Pembahasan


BAB V
KESIMPULAN 

- Semua alga yang termasuk divisi ini berwarna hijau
- Ada yang uniselular ada jug ayng multiselular
Ada yang hidup sendiri ada yang hidup berkoloni
- Hidup bebas di dalam air, ada yang bergerak (motil) dan ada yang tidak (nonmotil)


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk. 2004. Biologi jilid II. Jakarta : Erlangga
Michael, P. J. 1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: UI press
Pelczar, dkk. 1993. Microbiology: Concepts andApplications. McGraw Hill, Inc.NewYork.

Saturday, May 5, 2012

HAKIKAT BIOLOGI SEBAGAI ILMU

HAKIKAT BIOLOGI SEBAGAI ILMU

Di antara makhluk hidup, manusia memiliki derajat lebih tinggi. Ia memiliki sifat “ingin tahu“ yang berasal dari akal budinya. Kemampuan itu tidak dimiliki makhluk hidup lain (seperti hewan dan tumbuhan). Sifat keingintahuan manusia adalah ingin tahu lebih banyak akan segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Sifat ini mendorong manusia untuk melakukan penelitian. Dengan penelitian tersebut, manusia dapat menjawab ketidaktahuan serta mampu memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

Seiring dengan perkembangan zaman, sifat keingintahuan manusia semakin berkembang. Hal itu dilakukan dengan cara mempelajari, mengadakan pengamatan dan penyelidikan untuk menambah pengetahuan dan keterampilannya tentang makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan serta alam sekitarnya. Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang makhluk hidup disebut biologi atau ilmu hayat.

Mengapa kita perlu mempelajari ilmu biologi? Apa saja manfaat atau kegunaan kita mempelajari ilmu tersebut? Pelajarilah materi berikut ini dengan baik!

  1. ILMU BIOLOGI

Semua makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan, dan manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Di antara ciptaan-Nya, manusia merupakan makhluk hidup yang paling sempurna karena diberi akal budi. Dengan akal budi, manusia senantiasa memiliki sifat ingin tahu sehingga terciptalah berbagai macam ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu mengubah kehidupan dari zaman prasejarah primitif yang dikenal dengan zaman batu sampai sekarang ini menjadi zaman modern.

Di era globalisasi seperti sekarang ini, ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat yang tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Contohnya, jika terjadi suatu peristiwa di suatu wilayah, misalnya peristiwa perang antara Irak – Amerika Serikat; terjadinya bencana gelombang pasang tsunami di Daerah Istimewa Aceh, maka hanya dalam hitungan menit, bahkan detik peristiwa tersebut dapat segera diketahui pihak di wilayah lain, walaupun dari jarak yang cukup jauh. Begitu juga dengan ilmu biologi yang telah mencapai perkembangan luar biasa karena telah mencapai pengetahuan substansi kehidupan sampai pada tingkat molekuler. Contoh manfaat ilmu biologi pada tingkat molekuler, yaitu peristiwa terjadinya bom Bali. Pada peristiwa itu pelaku peledakan ikut hancur bersama bomnya, maka satu-satunya cara untuk mengetahui identitas pelaku peledakan yaitu hanya dengan menggunakan tes DNA yang terdapat pada tingkat molekuler.

  1. Pengertian Ilmu

Jika manusia merasa lapar, upaya apakah yang akan dilakukan? Dorongan rasa lapar menyebabkan manusia berupaya mencari makanan, yaitu dengan mencoba-coba memakan tumbuhan atau hewan yang ada di sekitarnya. Usaha tersebut terkadang salah dan terkadang benar. Namun, akhirnya dari pengalaman tersebut manusia sudah mampu membedakan antara tumbuhan dan hewan  yang bisa dimakan maupun yang tidak bisa dimakan.

Sumber bahan makanan manusia antara lain berasal dari hewan, misalnya daging sapi, ayam, dan lain-lain. Semula manusia memakannya dengan olahan yang sederhana. Selanjutnya, sejalan dengan perkembangan pemikiran, manusia mulai mencari cara menjadikan makanannya lebih berkualitas, misalnya daging untuk bahan makanan diolah agar menjadi lebih baik kualitasnya, seperti agar lebih lunak, higienis, serta bebas dari kuman penyakit. Bagaimana syarat-syarat itu bisa terpenuhi? Akhirnya manusia menemukan gagasan, yaitu dengan cara menggoreng, merebus, membakar, atau dengan proses yang lain. Peristiwa tersebut merupakan contoh dari awal mula ditemukan ilmu, yaitu dengan cara berpikir sederhana dan dilakukan dengan cara mencoba-coba, sampai selanjutnya mendapatkan pengalaman yang menjadi dasar sebuah pengetahuan.

Seiring dengan perkembangan zaman, pola pikir manusia semakin berkembang pula. Manusia mulai memikirkan tentang alam sekitar berdasarkan rasa keingintahuannya, dengan mengadakan pengamatan dan penyelidikan sehingga ilmu pengetahuan semakin berkembang dengan pesat. Hal ini saling terkait dengan kehidupan masyarakat yang sejalan dengan perkembangan teknologi. Contohnya, penemuan varietas bibit unggul, kawin suntik pada sapi, kelapa hibrida, padi hasil mutasi buatan dari Batan, yaitu padi jenis Atomita yang berguna untuk meningkatkan produksi pangan bagi manusia. Akan tetapi, di sisi lain dengan adanya dengan kemajuan ilmu pengetahuan dapat menimbulkan dampak negatif, seperti timbulnya pencemaran lingkungan.

Anda tentu sudah mengetahui bahwa ilmu pengetahuan merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori yang dibentuk melalui serangkaian kegiatan ilmiah. Bagaimana sifat atau ciri suatu ilmu pengetahuan? Suatu pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu apabila memenuhi syarat atau ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Memiliki Objek Kajian

Suatu ilmu harus memiliki objek kajian, contoh ilmu matematika memiliki objek kajian berupa angka-angka, ilmu kimia memiliki objek kajian berupa zat-zat beserta sifatnya. Bagaimana dengan objek kajian biologi?

  1. Memiliki Metode

Pengembangan ilmu pengetahuan tidak dapat dilakukan secara asal-asalan, tetapi menggunakan cara atau metode tertentu. Metode yang digunakan itu bersifat baku dan dapat dilakukan oleh siapapun. Metode apakah yang digunakan untuk menemukan kebenaran secara ilmiah? Coba ingatlah kembali pelajaran tentang metode ilmiah yang Anda pelajari di SMP/MTs!

  1. Bersifat Sistematis

Dalam biologi, jika kita akan mempelajari tentang sel, maka materi yang akan kita pelajari perlu mendapat dukungan materi lain, misalnya tentang jaringan, organ, sistem organ, dan individu. Demikian pula sebaliknya, sehingga pengetahuan-pengetahuan itu tidak bertolak belakang. Ilmu pengetahuan bersifat sistematis adalah bahwa sebuah pengetahuan harus memiliki hubungan ketergantungan dan teratur, tidak boleh ada unsur-unsur yang saling bertolak belakang.

  1. Bersifat universal

Apakah yang dimaksud dengan universal? Coba Anda ingat kembali tentang materi reproduksi yang terjadi pada makhluk hidup! Reproduksi seksual selalu dimulai dengan adanya pertemuan antara sperma dan sel telur. Anda pikirkan, apakah hal itu berlaku untuk semua jenis makhluk hidup? Jika benar, berarti ilmu itu berlaku secara umum atau bersifat universal. Jadi, kebenaran yang disampaikan oleh ilmu harus berlaku secara umum.

  1. Bersifat Obyektif

Bagaimana jika ilmu bersifat tidak objektif? Dapatkah ilmu itu dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia? Sebuah ilmu harus menggambarkan keadaan secara apa adanya, yaitu mengandung data dan pernyataan yang sebenarnya (bersifat jujur), bebas dari prasangka, kepentingan, atau kesukaan pribadi.

Saat ini, ilmu biologi sudah mengalami perkembangan yang luar biasa. Telah disebutkan di awal materi bahwa pada saat terjadi peristiwa bom Bali, untuk mengungkap identitas pelaku peledakan bom tidak bisa dilakukan dengan menggunakan sidik jari karena tubuh pelaku peledakan bom juga ikut hancur. Untuk mengetahui identitas pelaku hanya dapat digunakan satu cara, yaitu dengan menggunakan tes DNA yang berasal dari serpihan tubuh pelaku peledakan yang kemudian dicocokkan dengan DNA orang tuanya.

  1. Bersifat Analitis

Ingatlah kembali pelajaran IPA saat Anda belajar di SMP/MTs! Jika ingin mempelajari struktur dan fungsi tumbuhan, maka Anda akan mempelajari bagian-bagian yang lebih rinci, yaitu akar, batang, daun, dan sebagainya. Itulah sebabnya kajian suatu ilmu dapat terbagi-bagi menjadi bagian yang lebih rinci guna memahami berbagai hubungan, sifat, serta peranan dari bagian-bagian tersebut.

  1. Bersifat verifikatif

Suatu ilmu mengarah pada tercapainya suatu kebenaran. Misalnya, teori tentang Generatio Spontanea, menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang sudah diyakini kebenarannya, tetapi akhirnya teori itu digugurkan dengan teori Biogenesis, menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga. Akhirnya teori ini diyakini kebenarannya sampai sekarang.

Coba Anda pikirkan, apakah suatu konsep yang diperoleh hanya dengan mengira-ngira atau menerka saja dan hasilnya berupa pendapat atau perkiraan dapat juga disebut sebagai ilmu?

  1. Objek Kajian Biologi

Sekarang Anda sudah memahami tentang ilmu pengetahuan beserta sifat-sifatnya. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan. Ilmu biologi sering pula disebut ilmu hayat, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang makhluk hidup. Ketika mempelajari biologi di SMP/MTs, tentu saja Anda sudah pernah melakukan pengamatan dan melaksanakan eksperimen. Semakin banyak objek yang Anda amati, semakin banyak pula yang dapat Anda eksperimenkan.

Objek kajian biologi meliputi manusia, hewan, tumbuhan, serta mikroorganisme yang dapat dilihat dengan mata telanjang maupun dengan menggunakan bantuan alat, misalnya mikroskop. Jika Anda mengamati dengan mata telanjang, kesan apa yang Anda peroleh dari suatu objek? Anda hanya dapat mengamati tentang warna, bentuk, wujud, serta ukuran objek. Apakah pengamatan tersebut sudah cukup untuk dalam suatu kegiatan ilmu pengetahuan? Tentu saja masih banyak yang harus kita ketahui tentang berbagai hal dari suatu objek,

seperti berat benda, rasa, bau, suhu, kasar halus, bunyi atau suara dan sifat lainnya, sehingga alat indra manusia memiliki keterbatasan untuk mengamatinya.

Jika Anda mengamati jasad renik atau melihat benda yang jaraknya sangat jauh, apakah Anda mampu mengamati dengan mata telanjang? Tentu saja tidak, Anda memerlukan alat bantu, seperti mikroskop atau teleskop

Seiring dengan berkembangnya bermacam-macam ilmu pengetahuan, biologi sebagai ilmu pengetahuan alam juga berkembang, sehingga objek kajian ilmu biologi semakin banyak. Para ilmuwan tidak sanggup lagi mempelajari secara mendalam seluruh kajian biologi sebagai satu objek studi yang akan dipelajari. Berdasarkan hal itu, maka ilmu biologi memiliki cabang ilmu spesifik dan objek kajian yang semakin khusus untuk memudahkan cara pembelajarannya, mengingat pada umumnya seseorang hanya mampu mendalami salah satu cabang ilmu. Ibarat pohon, ilmu biologi memiliki cabang-cabang seperti berikut.

Anatomi : Ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian struktur tubuh dalam makhluk hidup

Agronomi : Ilmu yang mempelajari tentang tanaman budidaya Andrologi : Ilmu yang mempelajari tentang macam hormon dan kelainan reproduksi pria Algologi : Ilmu yang mempelajari tentang alga/ganggang Botani : Ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan Bakteriologi : Ilmu yang mempelajari tentang bakteri Biologi molekuler : Ilmu yang mempelajari tentang kajian biologi pada tingkat molekul Bioteknologi : Ilmu yang mempelajari tentang penggunaan penerapan proses biologi secara terpadu yang meliputi proses biokimia, mikrobiologi, rekayasa kimia untuk bahan pangan dan peningkatan kesejahteraan manusia Ekologi : Ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan Embriologi : Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan embrio Entomologi : Ilmu yang mempelajari tentang serangga Evolusi : Ilmu yang mempelajari tentang perubahan struktur tubuh makhluk hidup secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama Epidemiologi : Ilmu yang mempelajari tentang penularan penyakit Eugenetika : Ilmu yang mempelajari tentang hukum pewarisan sifat Endokrinologi : Ilmu yang mempelajari tentang hormon Enzimologi : Ilmu yang mempelajari tentang enzim Fisiologi : Ilmu yang mempelajari tentang faal (fungsi kerja) organ tubuh Fisioterapi : Ilmu yang mempelajari tentang pengobatan terhadap penderita yang mengalami kelumpuhan atau gangguan otot Farmakologi : Ilmu yang mempelajari tentang obat-obatan Genetika : Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat Histologi : Ilmu yang mempelajari tentang jaringan Higiene : Ilmu yang mempelajari tentang pemeliharaan kesehatan makhluk hidup Imunologi : Ilmu yang mempelajari tentang sistem kekebalan (imun) tubuh Ichtiologi : Ilmu yang mempelajari tentang ikan Karsinologi : Ilmu yang mempelajari tentang crustacea Klimatologi : Ilmu yang mempelajari tentang iklim Limnologi : Ilmu yang mempelajari tentang perairan mengalir Mikrobiologi : Ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme Malakologi : Ilmu yang mempelajari tentang moluska Morfologi : Ilmu yang mempelajari tentang bentuk atau ciri luar organisme Mikologi : Ilmu yang mempelajari tentang jamur Organologi : Ilmu yang mempelajari tentang organ Onthogeni : Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan makhluk hidup dari zigot menjadi dewasa Ornitologi : Ilmu yang mempelajari tentang burung Phylogeni : Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan makhluk

hidup Patologi : Ilmu yang mempelajari tentang penyakit dan pengaruh- nya bagi manusia Palaentologi : Ilmu yang mempelajari tentang fosil Parasitologi : Ilmu yang mempelajari tentang makhluk parasit Protozoologi : Ilmu yang mempelajari tentang Protozoa Sanitasi : Ilmu yang mempelajari tentang kesehatan lingkungan Sitologi : Ilmu yang mempelajari tentang sel Taksonomi : Ilmu yang mempelajari tentang penggolongan makhluk hidup Teratologi : Ilmu yang mempelajari tentang cacat janin dalam kandungan Virologi : Ilmu yang mempelajari tentang virus Zoologi : Ilmu yang mempelajari tentang hewan.

3. Metode Dalam Ilmu Biologi

Pernahkah Anda berpikir, mengapa para ilmuwan bisa menemukan teori atau hukum dalam ilmu pengetahuan? Sebenarnya, mereka bukan orang-orang yang super, tetapi mereka memiliki kelebihan dalam hal ketekunan, kerajinan, serta tidak mudah merasa putus asa. Keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan saja, tetapi harus didukung dengan kerja keras dan ketekunan sehingga dapat diperoleh suatu keberhasilan.

Para ilmuwan tersebut bekerja secara sistematis, tekun, teliti, dan disiplin. Metode apakah yang digunakan para ilmuwan tersebut? Coba ingat kembali langkah-langkah metode ilmiah yang telah Anda pelajari di SMP/MTs! Langkah-langkah metode ilmiah yang digunakan ilmuwan sehingga berhasil menemukan suatu ilmu adalah sebagai berikut.

a. Menemukan dan merumuskan masalah. b. Merumuskan hipotesis (menyusun dugaan sementara). c. Merancang eksperimen untuk merancang hipotesis. d. Melakukan percobaan. e. Mengadakan observasi atau pengumpulan data. f. Menarik kesimpulan. g. Menguji kesimpulan dengan eksperimen lain. h. Merumuskan hukum, konsep, atau prinsip.

Bagaimana cara mempelajari ilmu biologi? Apakah Anda harus belajar harus dengan pendekatan fakta, yaitu dengan cara menghafalkan nama, definisi, dan gambar? Apakah dengan cara hafalan, data-data tersebut mudah untuk diingat? Daya ingat setiap orang terbatas, sehingga hafalan tersebut mudah untuk dilupakan. Bagaimana jika belajar dengan pendekatan konsep? Pendekatan secara konsep merupakan pendekatan dua fakta atau lebih yang membentuk satu pengertian. Cara belajar seperti ini masih kurang baik, karena masih banyak fakta dan Anda masih lebih banyak bertindak pasif dan belum berupaya sendiri.

Kegiatan untuk mempelajari biologi sebaiknya dengan melakukan pendekatan proses karena Anda akan mendapatkan fakta atau konsep sendiri. Belajar seperti ini akan dapat bertahan dalam waktu yang lama dan dapat membentuk sikap serta keterampilan ilmiah, seperti yang dilakukan ilmuwan terdahulu. Contohnya, Mendel dalam menemukan ilmu pengetahuan. Apabila Anda belajar dengan melakukan keterampilan proses, yaitu meliputi kegiatan observasi, menggolongkan, menafsirkan, memperkirakan, mengajukan pertanyaan, dan mengidentifikasi variabel, maka Anda akan ‘menemukan’ ilmu itu sendiri. Berikut ini langkah-langkah belajar dengan pendekatan proses.

  1. Mengobservasi

Observasi merupakan hasil dari pengamatan melalui indra, maka Anda akan belajar dengan mencari gambaran atau informasi tentang objek penelitian. Hasil apa saja yang kita peroleh dari suatu pengamatan? Coba Anda sebutkan fungsi alat indra kita. Dengan mata, kita bisa melihat bentuk, warna, serta gerak suatu objek. Dengan alat pendengaran, kita bisa mendengar bunyi atau suara. Dengan lidah, kita bisa merasakan berbagai rasa, dengan perabaan bisa mengetahui permukaan objek, adapun dengan penciuman kita bisa merasakan macam-macam bau.

Dalam mempelajari biologi, kegiatan observasi ini bisa dibantu dengan alat bantu, antara lain mikroskop, kertas lakmus, lup, termometer, penggaris, dan sebagainya. Hasil observasi dapat berupa gambar, bagan, tabel, atau grafik.

  1. Menggolongkan

Untuk memudahkan cara mempelajari suatu objek, maka kita lakukan penggolongan suatu objek itu. Jika kita melakukan kegiatan untuk menggolongkan makhluk hidup, maka hasilnya dapat berupa bagan. Contoh: Jika Anda diminta membuat penggolongan tanaman kembang merak, kembang sepatu, rumput, palem maka contoh hasilnya bagan sebagai berikut.

  1. Menafsirkan

Menafsirkan artinya memberikan arti terhadap suatu kejadian berdasarkan kejadian lainnya. Ketika menafsirkan suatu data, hendaknya kita menggunakan acuan atau patokan.

Contoh: Suatu hari Anda menanam 10 tanaman cabai di halaman rumah. Tanaman cabai itu tumbuh dengan subur. Karena beberapa hari kurang perawatan, akhirnya 5 tanaman cabai mati. Contoh penafsirannya, ada penurunan jumlah populasi tanaman cabai sebesar 5 10

Biji berkeping satu Biji berkeping dua × 100% = 50%. Penurunan populasi ini mungkin disebabkan oleh pengaruh cuaca, kekurangan air, suhu, atau kelembapan udara.

  1. Memperkirakan

Kegiatan memperkirakan bukan berarti meramalkan, tetapi membuat perkiraan berdasarkan pada kejadian sebelumnya atau hukum-hukum yang berlaku. Contoh: Anda mengamati pertumbuhan tanaman cabai. Pada hari ke-5 tingginya 4 cm, pada hari ke-10 tingginya 6 cm, hari ke-15 tingginya 8 cm, dan pada hari ke-20 tingginya 10 cm. Jika dibuat menjadi sebuah grafik,

  1. Mengajukan Pertanyaan

Seringkah Anda memiliki naluri ‘ingin tahu’ untuk mengetahui suatu permasalahan? Untuk menemukan suatu permasalahan, Anda harus dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa, bagaimana, di mana, kapan, mengapa, dan siapa terhadap suatu objek. Contohnya, suatu saat Anda mengamati tanaman cabai di sekitar rumah. Tanaman cabai tersebut sepertinya terlihat akan mati karena banyak daun yang mulai layu dan menguning, serta banyak bunga yang berguguran. Selanjutnya, tentu akan timbul pertanyaan untuk mengetahui permasalahan tersebut. Bagaimana ciri tanaman cabai yang subur dan tanaman cabai yang tidak subur? Adakah ciri-ciri ketidaksuburan pada tanaman cabai yang Anda amati? Pada bagian mana tanaman itu terganggu? Mengapa tanaman cabai menjadi tidak subur?

Semua pertanyaan itu perlu dicari jawabannya. Di antara pertanyaan itu, ada yang bisa dijawab dan ada yang belum bisa dijawab. Pertanyaan yang belum terjawab merupakan permasalahan yang harus dicari jawabannya, misalnya dengan cara membaca laporan-laporan dari penemuan sebelumnya atau bisa juga dengan cara lain.

  1. Mengidentifikasi Variabel

Tentu Anda mengetahui bahwa pertumbuhan tanaman cabai membutuhkan tanah sebagai tempat tumbuhnya yang ditunjang dengan pupuk, air, pH, cahaya, suhu, serta udara. Faktor-faktor pendukung itulah yang dimaksud dengan variabel. Jadi, variabel merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dan memiliki nilai (ukuran tertentu) serta dapat berubah atau diubah.

Ada tiga jenis variabel, yaitu variabel bebas, variabel kontrol, dan variabel terikat. Pada contoh tersebut, tanah sebagai variabel bebas karena akan diteliti pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman cabai. Variabel bebas adalah faktor yang dapat dibuat bervariasi. Adapun faktor seperti cahaya, suhu, pH, air, udara, dan pupuk merupakan variabel kontrol, yaitu faktor lain yang ikut berpengaruh dan dibuat sama serta terkendali, sedangkan pertumbuhan tanaman cabai sebagai variabel terikat, yaitu faktor yang muncul akibat variabel bebas.

  1. Cara Permecahan Masalah Dalam Biologi

Jika Anda sudah mempelajari biologi dengan cara melakukan pendekatan proses, maka langkah selanjutnya adalah melakukan eksperimen. Eksperimen merupakan kegiatan melalui tata cara tertentu yang biasa dilakukan oleh ilmuwan, dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau menemukan jawaban terhadap suatu masalah. Samakah cara yang dilakukan para ilmuwan untuk memecahkan suatu masalah? Ada beberapa indikator/petunjuk untuk menyelesaikan suatu masalah dalam pembelajaran biologi. Apa saja indikator tersebut?

Beberapa indikator yang dipakai untuk memecahan masalah adalah sebagai berikut.

  1. Merumuskan Masalah

Dari hasil suatu pengamatan akan timbul suatu permasalahan. Selanjutnya masalah itu dirumuskan, kemudian akan diperoleh fakta yang berkaitan dengan masalah yang akan dihadapi.

Contoh: Anda ingin mencoba memberikan pupuk kompos terhadap tanaman cabai. Perubahan kondisi yang akan diteliti adalah pertumbuhan tanaman cabai, yaitu tentang perubahan tinggi tanaman serta besar daunnya dibandingkan dengan tanaman cabai yang tidak diberi pupuk. Selanjutnya, Anda dapat merumuskan suatu masalah, misalnya adakah pengaruh pupuk kompos terhadap pertumbuhan tanaman cabai? Dari permasalahan ini kemudian disusun hipotesis/dugaan sementara.

  1. Menguji Hipotesis

Setelah menyusun jawaban sementara, misalnya bahwa pupuk kompos berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai, selanjutnya hipotesis itu diuji dengan melakukan eksperimen melalui tahap-tahap berikut.

  1. Perencanaan

Kegiatan perencanaan ini dilakukan sebelum melakukan eksperimen, yaitu dengan merencanakan dan mempersiapkan alat serta bahan terlebih dahulu. Semua peralatan yang dibutuhkan hendaknya didaftar, jangan sampai ada yang terlupakan atau tidak tersedia saat diperlukan. Misalnya untuk contoh di atas, maka alat dan bahan yang diperlukan adalah biji tanaman cabai, pot, tanah, pupuk kompos, air, penggaris/meteran, pensil, kertas, sekam, cetok, timbangan, dan sendok.

  1. Pelaksanan Eksperimen

Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah menyiapkan semua kondisi yang sama terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada pelaksanaan eksperimen hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.

  1. Taraf Perlakuan

Kegiatan pada taraf perlakuan adalah menentukan dan mengontrol variabel. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol tidak.

Misalnya, sesuatu yang akan dicobakan, yaitu pupuk disebut sebagai variabel bebas, kemudian diberikan taraf perlakuannya, yaitu dengan memberikan pupuk dengan dosis yang berbeda-beda. Antara dosis pertama dengan dosis berikutnya sebaiknya meningkat secara tetap. Misalnya, perlakuan pertama dosisnya 1, perlakuan kedua dosisnya 2, perlakuan ketiga dosisnya 3, dan seterusnya. Setiap tingkatan dosisnya naik 1 kali.

  1. Pengendalian Faktor Lain

Jika dalam suatu eksperimen akan dibuktikan pengaruh pupuk, maka pengaruh faktor lain harus dikendalikan, yaitu dengan cara memberikan faktor (variabel) pada semua kelompok perlakuan yang sama. Misalnya, pemberian air, besarnya pot, banyak tanah, jenis cabai, cahaya matahari, frekuensi pemupukan semuanya harus diperlakukan sama. Variabel ini dinamakan variabel tak bebas atau variabel terkendali.

  1. Pengulangan

Sebaiknya dalam melaksanakan perlakuan eksperimen tidak hanya terhadap satu individu atau satu kelompok saja sebab sangat riskan karena data yang diperoleh bisa mengalami kesalahan yang tidak disengaja. Selain itu, satu individu/satu kelompok saja tidak bisa mewakili seluruh populasi.

Misalnya, jumlah setiap perlakuan ada 3 individu, berarti dalam eksperimen tersebut ada 6 perlakuan akan diulang sebanyak 3 kali sehingga untuk semua perlakuan terdapat 18 individu. Jadi, besarnya sampel (jumlah individu/ kelompok yang diberi perlakuan) seluruhnya adalah 18 individu. Semakin banyak ulangannya, berarti sampel juga semakin besar, sehingga hasilnya semakin sahih/mendekati kebenaran. Seperti terlihat pada contoh pemberian pupuk pada tanaman cabai. Pada percobaan 3 tanaman cabai diberikan pupuk kompos dengan dosis yang berbeda-beda

  1. Pengukuran

Agar diperoleh data yang kuantitatif dan akurat, sebaiknya dilakukan pengukuran. Misalnya, untuk mengukur tinggi tanaman cabai, panjang batang, dan lebar daunnya dengan menggunakan meteran/mistar.

  1. Observasi Dalam Ekserimen

Maksud observasi dalam eksperimen adalah mengamati dengan teliti perubahan atau gejala yang terjadi ketika melakukan percobaan dengan maksud mengumpulkan data yang lebih banyak.

Contoh: Percobaan yang dilakukan pada contoh pengulangan tersebut di atas diketahui ternyata tanaman cabai mempunyai ketinggian yang berbedabeda walaupun diberikan pupuk yang sama

  1. Menjawab Masalah

Dari masalah yang akan dijawab, melalui kegiatan eksperimen dicari dan ditemukan  jawabannya berdasarkan analisis data yang diperoleh dalam eksperimen, kemudian didiskusikan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mencari rata-rata dari semua data yang diperoleh atau diubah ke dalam persen kemudian dibuat grafik. Hasil rata-rata itu kemudian ditafsirkan dan dijadikan pijakan untuk membuat kesimpulan.

  1. Menguji Jawaban

Tahap ini dilakukan untuk meyakinkan kebenaran suatu jawaban. Pengujian sekali lagi perlu dilakukan melalui percobaan seperti contoh di depan. Pengujian ini dilakukan dengan kondisi dan perlakuan yang sama seperti semula. Contoh dilakukan percobaan pemberian pupuk kompos terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cabai dengan perlakuan pada sejumlah individu yang sama. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin banyak pemberian pupuk, semakin banyak memberikan hasil yang paling baik dari sampel yang dicobakan.

  1. Menarik Kesimpulan

Kesimpulan diperoleh berdasarkan hasil dari eksperimen. Kemungkinan kesimpulan pertama, hipotesis ditolak jika dugaan sementara tidak sesuai dengan hasil eksperimen. Apabila hipotesis diterima, berarti dugaan sementara sesuai dengan hasil eksperimen. Manakah hasil eksperimen yang baik, jika hipotesis ditolak atau diterima? Semua hasil eksperimen dikatakan baik jika dilakukan dengan prosedur secara ilmiah, contoh dari hasil percobaan terhadap pemberian pupuk diketahui pemberian pupuk berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cabai.

Friday, April 20, 2012

DEVELOPMENT OF EVOLUTIONARY THEORY

Table of Contents

Pre-Renissance Thought | Back to Top

The Ancient Greek philosopher Anaxiamander (611-547 B.C.) and the Roman philosopher Lucretius (99-55 B.C.) coined the concept that all living things were related and that they had changed over time. The classical science of their time was observational rather than experimental. Another ancient Greek philosopher, Aristotle developed his Scala Naturae, or Ladder of Life, to explain his concept of the advancement of living things from inanimate matter to plants, then animals and finally man. This concept of man as the "crown of creation" still plagues modern evolutionary biologists (See Gould, S.J., Wonderful Life, 1989, for a more detailed discussion).
Post-Aristotlean "scientists" were constrained by the prevailing thought patterns of the Middle Ages -- the inerrancy of the biblical book of Genesis and the special creation of the world in a literal six days of the 24-hour variety. Archbishop James Ussher of Ireland, in the mid 1600's, calculated the age of the earth based on the geneologies from Adam and Eve listed in the biblical book of Genesis, working backward from the crucificxion. According to Ussher's calculations, the earth was formed on October 22, 4004 B.C. These calculations were part of Ussher's History of the World, and the chronology he developed was taken as factual, even being printed in the front pages of bibles. Ussher's ideas were readily accepted, in part because they posed no threat to the social order of the times; comfortable ideas that would not upset the linked applecarts of church and state.
Geologists had for some time doubted the "truth" of a 5,000 year old earth. Leonardo da Vinci (painter of the Last Supper, and the Mona Lisa, architect and engineer) calculated the sedimentation rates in the Po River of Italy, and concluded it took 200,000 years to form some nearby rock deposits. Galileo, convicted heretic for his contention that the earth was not the center of the Universe, studied fossils (evidence of past life) and concluded that they were real and not inanimate artifacts. James Hutton, regarded as the Father of modern Geology, developed (in 1795) the Theory of Uniformitarianism, the basis of modern geology and paleontology. According to Hutton's work, certain geological processes operated in the past in much the same fashion as they do today, with minor exceptions of rates, etc. Thus many geological structures and processes cannot be explained if the earth is only 5000 years old. British geologist Charles Lyell refined Hutton's ideas during the 1800s to include slow change over long periods of time; his book Principles of Geology had profound effects on Charles Darwin and Alfred Wallace.

The Age of the Earth | Back to Top

Radiometric age assignments based on the rates of decay of radioactive isotopes, not discovered until the late 19th century, suggest the earth is over 4.5 billion years old. The Earth is thought older than 4.5 billion years, with the oldest known rocks being 3.96 billion years old. Geologic time divides into eons, eroas, and smaller units. An overview of geologic time may be obtained at http://www.ucmp.berkeley.edu/help/timeform.html.
The geologic time scale. Image is from http://www.clearlight.com/~mhieb/WVFossils/GeolTimeScale.html.

Evolutionary Thought During the 1700s | Back to Top

Swedish botanist Carl Linne (more popularly known as Linneus, after the common practice of the day which was to latinize names of learned men), attempted to pigeon-hole all known species of his time (1753) into immutable categories. Many of these categories are still used in biology, although the underlying thought concept is now evolution and not immutability of species. Linnean hierarchical classification was based on the premise that the species was the smallest unit, and that each species (or taxon) belonged to a higher category.
Georges-Louis Leclerc, Comte de Buffon (pronounced Bu-fone; 1707-1788) in the middle to late 1700's proposed that species could change, in a forty-four volume natural history of all (then) known plants and animals. This was a major break from earlier concepts that species were created by a perfect creator and therefore could not change because they were perfect, etc. Buffon also provided evidence of descent with modification and speculated on various causative mechanisms. In his written work, Buffon mentioned several factors could influence evolutionary change: influences of the environment, migration, geographical isolation, overcrowding, and the struggle for existence. However, Buffon vacillated as to whether or not he believed in evolutionary descent, and professed to believe in special creation and the fixity of species.
Erasmus Darwin (1731-1802; grandfather of Charles Darwin) a British physician and poet in the late 1700's, proposed that life had changed over time. His writings on both botany and zoology contained many comments that suggested the possibility of common descent based on changes undergone by animals during development, artificial selection by humans, and the presence of vestigial organs. However, this Darwin offered no mechanism to explain evolutionary descent.
William "Strata" Smith (1769-1839), employed by the English coal mining industry, developed the first accurate geologic map of England. He also, from his extensive travels, developed that Principle of Biological Succession. This idea states that each period of earth history has its own unique assemblages of fossils. In essence Smith fathered the science of stratigraphy, the correlation of rock layers based on (among other things) their fossil contents.
Abraham Gottlob Werner and Baron Georges Cuvier (1769-1832) were among the foremost proponents of catastrophism, the theory that the earth and geological events had formed suddenly, as a result of some great catastrophe (such as Noah's flood). This view was a comfortable one for the times and thus was widely accepted. Cuvier eventually proposed that there had been several creations that occurred after catastrophies. Louis Agassiz (1807-1873) proposed 50-80 catastrophies and creations.
Jean Baptiste de Lamarck (1744-1829) developed one of the first theories on how species changed. Lamarck, in 1809, concluded that organisms of higher complexity had evolved from preexisting, less complex organisms. He proposed the inheritance of acquired characteristics to explain, among other things, the length of the giraffe neck. The Lamarckian view is that today's giraffe's have long necks because their ancestors progressively gained longer necks due to stretching to reach food higher and higher in trees. According to the 19th century of use and disuse the stretching of necks resulted in their development, which was somehow passed on to their progeny. Today we realize that only bacteria are able to incorporate non-genetic (aka nonheritable) traits. Lamarck's work was a theory that plainly stated that life had changed over time and provided (albeit an erroneous) mechanism of change. Additional information about the biological thoughts of Lamarck is available by clicking here. Although Charles Darwin and Alfred Wallace's theory of natural selection supplanted Lamarckianism, sporadic efforts to revive it continued into this century, most notably in the Soviet Union under the guidance of Troffim Lysenko.

Evolution by Natural Selection | Back to Top

The idea (given voice by Lamarck) that species could change over time was not immediately acceptable to many: the lack of a mechanism hampered the acceptance of the idea as did its implications regarding the biblical views of creation. Charles Darwin and Alfred Wallace both worked independently of each other, traveled extensively, and eventually developed similar ideas about the change in life over time as well as a mechanism for that change: natural selection.
Charles Darwin, former divinity student, former medical student, secured (through the intercession of his professor) an unpaid position as ship's naturalist on the H.M.S. Beagle. The voyage would provide Darwin a unique opportunity to study adaptation and gather a great deal of proof he would later incorporate into the theory of evolution. Darwin spent much time ashore collecting plant, animal and fossil specimens, as well as making extensive geological observations. On his return to England in 1836, Darwin began (with the assistance of numerous specialists) to catalog his collections and ponder the seeming "fit" of organisms to their mode of existence. He eventually settled on four main points of the theory.
  1. Adaptation: all organisms adapt to their environments.
  2. Variation: all organisms are variable in their traits.
  3. Over-reproduction: all organisms tend to reproduce beyond their environment's capacity to support them (this is based on the work of Thomas Malthus, who studied how populations of organisms tended to grow geometrically until they encountered a limit on their population size).
  4. Since not all organisms are equally well adapted to their environment, some will survive and reproduce better than others -- this is known as natural selection. Sometimes this is also referred to as "survival of the fittest". In reality this merely deals with the reproductive success of the organisms, not solely their relative strength or speed.
Adaptations of various organisms to their environments:
Selection of a wild mustard to produce some food crops. Image from Purves et al., Life: The Science of Biology, 4th Edition, by Sinauer Associates (www.sinauer.com) and WH Freeman (www.whfreeman.com), used with permission.
Unlike the upper-class Darwin, Alfred Russel Wallace (1823-1913) came from a different social class. Wallace spent many years in South America, publishing salvaged notes in Travels on the Amazon and Rio Negro in 1853. In 1854, Wallace left England to study the natural history of Indonesia, where he contracted Malaria. During a fever Wallace managed to write down his ideas on natural selection.
Alfred Russel Wallace, codeveloper of the theory of evolution. The image is modified from http://www.prs.k12.nj.us/schools/phs/science_Dept/APBio/Natural_Selection.html
In 1858, Charles Darwin received a letter from Wallace, in which Darwin's as-yet-unpublished theory of evolution and adaptation was precisely detailed. Darwin and his colleagues arranged for Wallace's paper to be read at the July 1, 1858 meeting of the Linnean Society, along with a letter on the same subject by Darwin. (Click here for an excellent site covering Darwin and Wallace's paper). Wallace's paper, published in 1858, was the first to define the role of natural selection in species formation. Darwin rushed to finish his major treatise, On the Origin of Species by Means of Natural Selection, which remains one of the most influential books ever written. To be correct, we need to mention that both Darwin and Wallace developed the theory, although Darwin's major work was not published until 1859. While there have been some changes to the theory since 1859, most notably the incorporation of genetics and DNA into what is termed the "Modern Synthesis" during the 1940's, most scientists today accept evolution as the guiding theory on which modern biology is based.
Careful field observations of organisms and their environment led both Darwin and Wallace to the role of natural selection in formation of species. They also utilized the works of Charles Lyell (geology) and Thomas Malthus. Malthus' ideas were first published in 1798, and noted that the human population was capable of doubling every 25 years. Population would soon outstrip the food supply, leading to starvation, famine and war, which would reduce the population. Wallace and Darwin adapted Malthus' ideas about how scarce resources could affect populations.

The Wallace-Darwin Theory

  1. Individuals in a population have variable levels of agility, size, ability to obtain food, and different siccesses in reproducting.
  2. Left unchecked, populations tend to expand exponentially, leading to a scarcity of resources.
  3. In the struggle for existence, some individuals are more successful than others, allowing them to survive and reproduce.
  4. Those organisms best able to survive and reproduce will leave more offspring than those unsuccessful individuals.
  5. Over time there will be heritable changes in phenotype (and genotype) of a species, resulting in a transformation of the original species into a new species similar to, but distinct from, its parent species.

Natural Selection and Genetics | Back to Top

Neither Darwin nor Wallace could explain how evolution occurred: how were these inheritable traits (variations) passed on to the next generation? (Recall that Gregor Mendel had yet to publish his ideas about genetics). During the 20th century, genetics provided that answer, and was linked to evolution in neoDarwinism, also known as the Modern Synthesis.

Links | Back to Top

Mikroskop
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
Judul Praktikum : Pengenalan Mikroskop
Disusun Oleh : Ahmad Syarief Ramadhani
 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antony Van Leuwenhoek orang yang pertama kali menggunakan mikroskop
walaupan dalam bentuk sederhana pada bidang mikrobiologi. Kemudian pada tahun
1600 Hanz dan Z Jensen telah menemukan mikroskop yang lebih maju dengan
nama mikroskop ganda. Mikroskop adalah suatu benda yang berguna untuk
memberikan bayangan yang diperbesar dari benda-benda yang terlalu kecil untuk
dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop terdiri dari beberapa bagian yang
memiliki fungsi masing-masing.
Mikroskop pada prinsipnya terdiri dari dua lensa cembung yaitu sebagai lensa objektif (dekat dengan mata) dan lensa okuler (dekat dengan benda). Baik objektif
maupun okuler dirancang untuk perbesaran yang berbeda. Lensa objektif biasanya
dipasang pada roda berputar, yang disebut gagang putar. Setiap lensa objektif
dapat diputar ketempat yang sesuai dengan perbesaran yang dikehendaki. Sistem
lensa objektif memberikan perbesaran mula-mula dan meenghasilkan bayangan
nyata yang kemudian diproyeksikan keatas lensa okuler untuk menghasilkan
bayangan maya yang kita lihat..
Biasanya mikroskop laboratoorium dilengkapi dengan tiga lensa objektif : lensa 16
mm berkekuatan rendah (10X); lensa 4 mm berkekuatan kurang tinggi (40-45X);
dan lensa celup minyak berkekuatan tinggi (97-100X). Lensa tersebut terletak pada
suatu hidung yang dapat berputar sehingga obyektif yang di kehendaki dapat
dengan ,mudah diletakkan pada posisi kerja. Obyektif celup minyak memberikan
perbesaran tertinggi dari ketiganya. Lensa okuler terletak pada ujung atas
mikroskop (Anshory, 1984).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenali bagian-bagian mikroskop,
memahami fungsi dan terampil menggunakannya.
 
BAB II
DASAR TEORI
Mikroskop pertama kali ditemukan oleh Ntony Van Leuwenhoek (1632-1723) yang berkebangsaan Belanda, dengan mikroskop yang masing-masing terdiri atas lensa
tunggal hasil gosokan rumah yang ditanam dalam kerangka kuningan perak.
Kekuatan perbesaran tertinggi yang dapat dicapainya hanyalah 200-300 kali,
mikroskop ini sedikit sekali persamaanya dengan mikroskop cahay majemuk yang
ada sekarang (Purba, 1999).
Mikroskop pada prinsipnya adalah alat pembesar yang terdiri dari dua lensa
cembung yaitu sebagai lensa objektif (dekat dengan mata) dan lensa okuler (dekat
dengan benda).
Macam-macam mikroskop, yaitu :
Mikroskop cahaya merupakan mikroskop yang mempunyai bagian-bagian yang
terdiri dari alat-alat yang bersifat optik, berguna untuk mengamati benda-benda
atau preparat yang transparan. Suatu variasi dari mikroskop cahaya biasa ialah
mikroskop ultraviolet tidak dapt dilihat oleh mata manusia maka bayangan benda
harus direkam pada piringan peka cahaya. Mikroskop ini menggunakan lensa
kuarsa.
Mikroskop pendarflour, mikroskop ini dapat dapat digunakan untuk mendeteksi
benda-benda asing atau antigen dalam jaringan.
Mikroskop medan gelap, mikroskop ini digunakan untuk mengamati bakteri hidup,
khususnya bakteri yang begitu tipis yang hampiri mendekati batas daya pisah
mikroskop majemuk.
Mikroskop fasekontras, mikroskop ini digunakan untuk mengamati benda dalam
keadaan alamnya, tanpa menggunakan bahan pewarna. Pada bawah meja objeknya
dan pada lensa objektifnya terpasang perlengkapan fase kontras.
Mikroskop electron, banyak komponen sel seperti mikondria, ribosom dan reticulum
endoplasma yang begitu kecil tidak bisa dilihat secara detail dengan mikroskop biasa.
Mikroskop electron pemayaran, mikroskop ini mengunakan berkas electron, tetapi
yang seharusnya ditransmisikan secara serempak keseluruh medan electron
difokuskan sebagai titk yang sangat kecil dan dapat digerakkan maju mundur pada
spesimennya.
Secar garis besar mikroskop terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Bagian mekanik : statif, kubus, revolver, meja bneda, sekrup, pengatur kubus
(kasar, makro meter dan halus ; micrometer), pengatur pentas mekanik.
2. Bagian optic : lensa okuler, lensa objektif, kondensor dan cermin pengatur
cahaya.
Fungsi-fungsi bagian mikroskop :
1. Lensa okuler : memperbesar bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif.
2. Batang tubuh : tempat memasang lensa okuler.
3. Revolver : untuk menggerakkan lensa objektif sesuai dengan perbesaran yang
dikehendaki.
4. Lensa objektif : pembentuk bayangan langsung sebagai objeknya.
5. Pengatur kasar : mengatur jarak objektif dan preparat secara kasar.
6. Pengatur halus : untuk mendapatkan focus mikroskop dengan yang
sebaik-baiknya.
7. Pengatur pentas mekanik : untuk mengatur atau menggeser obyek
kekanan-kekiri atau muka kebelakang.
8. Meja objek : untuk meletakkan preparat yang akan diamati.
9. Jepitan objek : untuk memegang preparat agar stabil.
10. Kondensor : memusatkan cahaya yang tersedia pada specimen.
11. Diafragma : mengatur bnyaknya cahaya yang masuk.
12. Cermin : memantulkan cahaya yang dibutuhkan untuk penyinaran objek. BAB III
 
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : mikroskop, preparat
biasa, preparat micrometer, penutup preparat (kaca penutup), pipet tetes, gelas
ukur.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : aquades, kertas
koran.
3.2 Cara Kerja
a. Mencari bidang penglihatan
1. Tabung dinaikkan menggunakan makrometer (pemutar kasar), sehingga lensa
objektif tidak membentur meja atau penggung bila revolver diputar-putar.
2. Lensa objektif ditempatkan pembesaran lemah (4X atau 10X) dengan memutar
revolver sampai berbunyi klik (posisinya satu poros dengan lensa okuler).3. Membuka diafragma sebesar-besarnya dengan menarik tangkainya
kebelakang.
4. Mengatur letak cermin sedemikian rupa kearah cahaya, sehingga terlihat
lingakaran yang sangat terang di dalam lensa okuler. Dan mikroskop siap
digunakan.
5. Mencari bayangan
1. Menaikkan tbung mikroskop menggunakan makrometer, sehingga jarak
antara lensa objektif dengan permukaan meja ± 3cm.
2. Menggunting salah satu huruf (a) pada koran untuk diamati.
3. Meletkkan huruf (a) yang akan diamati ditengah-tenagh lubang meja
benda menggunakan penjepit agar tidak geser (satbil).
4. Memutar makrometer kebelakang samapi penuh, sambil menempatkan
roda sediaan tepat dibawah lensa objektif dengan permukaan atas kaca
penutupnya hanya ± 1mm.
5. Membidik mata kelensa objektif sambil memutar makrometer kedepan
searah jarum jam secara hati-hati sampai tampak bayangan yang jelas
(huruf a).
6. Arahkan makrometer hingga perut huruf (a) berada tepat ditepi bagian
dalam lensa objektif umtuk menentukan skala I pada luas penampang
atau panjang pada luas objek pengamatan.
7. Mengulangi kegiatan diatas tettapi perut huruf (a) berada diluar tepi lensa
objektif gunanya untuk menentukan skala II pada luas penampang atau
panjang pada luas objek pengamatan.
8. Mencari hasil luas penampang dengan menggunkan rumus.
9. Mengarahkan makrometer kembali untuk mencari lebar dan luas objek
pengamatan. Dengan cara mengarahkan makrometer pada huruf (a)
hingga atap huruf (a) berada tepat dibagian atas tepi lensa objektif. Maka
dan kegiatan ini akan diketahui lebar skala I luas objek pengamatan.
10. Mengulangi kembalai kegiatan 9 namun mengarahkan makrometer pada
huruf (a) berada diluar lensa objektif bagian dasar huruf (a). dan akan
diperoleh lebar skala II luas objek pengamatan.
11. Akan diketahui luas objek pengamatan dengan mengurangi panjang skala
I dan panjang skala II selanjutnya mengalikan dengan lebar skala I dan
skala II.
1. Mencari skala okuler
1. Memasang lensa okuler pada salah satu teropong mikroskop.
2. Meletakkan preparat micrometer pada meja onjek dan menjepitnya agar
tidak bergeser.
3. Mencari focus preparat dengan lensa objektif hingga tampak garis-garis
halus.
4. Mengarahkan preparat dengan makrometer hingga garis pertama pada
preparat berhimpit atau sejajar dengan angka pertama pada lensa okuler.
5. Setlah bertemu atau berhimpit mencari garis yang sejajar setelah angka
nol terletak pada angka ke-berapa.6. Pada preparat garis yang berhimpit terletak pada garis yang ke-berapa.
Dari kegiatan diatas akan diketahui perbandingan.
7. Meletakkan huruf (a) pada preparat micrometer dan menyatukan kembali
pada lensa okuler. Melihat perut huruf (a) terletak pada angka nol dan
punggung nya terletak pada angka yang tertulis dilensa okuler. Dan akan
diketahui skala lensa okulernya.

BAB IV
PEMBAHASAN
Mikroskop medan terang adalah suatu bnetuk mikroskop dengan medan megelilingi
specimen kelihatan lebih terang (berwarna cerah), sedangkan spesimennya sendiri
memperlihatkan warna yang lebih gelap. Hal ini disebabkan oleh cahaya dari
sumbernya melewati system-sistem lensa terpisah yitu lensa objektif dan lensa
okuler untuk penambahan pembesaran.
Dari hasil peercobaan dan penelitian yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil
yaitu mikroskop terdiri atas bagian-bagian yang masing-masing bagian memiliki
fungsi tersendiri. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar bayangan yang
bersifat maya dan tegak yang dibentuk lensa objektif. Lensa objektif berfungsi
sebagai pembentuk bayangan langsung sebagai objeknya atau untuk mengatur
pembesaran ukuran untuk kekuatan 4X, 10X, 40X dan 100X. kondensor berfungsi
untuk memusatkan cahaya yang tersedia pada spesimennya. Tubuh mikroskop
berfungsi untuk tempat terjadinya proses bayangan antara lensa objektif dengan
lensa okuler.
Makrofokus berfungsi untuk mengatur jarak okuler objektif sehingga tepat fokusnya
secara kasar dan jelas. Mikrofokus berfungsi untuk mengatur jarak okuler sehingga
tepat fokusnya secara tajam. Revolver berfungsi sebagai penggerak lensa objektif
sesuai dengan perbesaran yang dikehendaki. Meja objek berfungsi untuk
meletakkan preparat yang akan diamati. Penjepit preparat berfungsi untuk menjepit
preparat agar stabil. Pengatur kondensor berfungsi sebagai pengatur letak lensa
kondensor terhadap preparat. Tangan mikroskop berfungsi untuk mengangkat atau
memindahkan mikroskop. Diafragma berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya
yang masuk. Kaki atau dasar berfungsi untuk memeperkokoh kedudukan
mikroskop. Sekrup engsel berfungsi menyesuaikan mikroskop yang baik.
Dengan menggunakan potongan huruf kertas koran awal dari pemahaman untukmempermudah dalam mempelajari mikroskop. Agar mengerti terlebih dahulu fungsi
dari semua yang ada pada mikroskop. Sebelum meneliti ke objek yang lebih sulit.
 
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
- Mikroskop adalah suatu benda yang berguna untuk memberikan bayangan
yang diperbesar dari benda-benda yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata
telanjang.
- Mikroskop medan terang atao mikroskop majemuk adalah adalah suatu bentuk
mikroskop dengan medan yang mengelilingi specimen kelihatan lebih terang
(berwarna cerah), sedangkan spesimennya memperlihatkan warna yang lebih
gelap.
- Pada mikroskop terdapat beberapa bagian-bagian mikroskop dan mempunyai
fungsi sendiri-sendiri (berbeda).
- Ada beberapa macam mikroskop antara lain mikroskop cahaya, mikroskop
pendar, mikroskop medan terang, mikroskop medan gelap, mikroskop fase
kontras, mikroskop electron, mikroskop pemayaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anshory, I. 1984. Biologi Umum. Ganeca Exact : Bandung.Yekti,
S. 1994. Biologi Umum. Erlangga : Jakarta.
Volk and Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid I. Erlangga :
Jakarta.
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.
Lay, Bibiana W dan Sugyono Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Jakarta ; Rajawali Press
page

Featured Post

PRAKTIKUM TAKSMON CHLOROPHYTA

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI MONERA DAN PROTISTA Judul Praktikum : Chlorophyta Oleh : Ahmad Syarief Ramadhani NIM : RRA1C409013 BAB I PENDA...

SELAMAT DATANG DI BLOG DHANI BIOTA (BIOLOGI). SEMOGA BERMANFAAT