MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A. Model Pembelajaran Kolaboratif
Model
pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu model “Student-Centered Learning”
(SLC). Pada model ini, peserta belajar dituntut untuk berperan secara aktif
dalam bentuk belajar bersama atau berkelompok.
Gokhale mendefinisikan
bahwa “collaborative learning” mengacu pada metode pengajaran di mana
siswa dalam satu kelompok yang bervariasi tingkat kecakapannya bekerjasama
dalam kelompok kecil yang mengarah pada tujuan bersama. Pengertian
kolaborasi sendiri yaitu:
1. Keohane berpendapat
bahwa kolaborasi adalah bekerja bersama dengan yang lain, kerja sama, bekerja
dalam bagian satu tim, dan bercampur dalam satu kelompok menuju keberhasilan
bersama.
2. Patel berpendapat
bahwa kolaborasi adalah suatu proses saling ketergantungan fungsional dalam
mencoba untuk keterampilan koordinasi, to coordinate skills, tools, and
rewards.
3. Duin,
Jorn, DeBower, dan Johnson mendefinisikan “collaboration” sebagai suatu
proses di mana dua orang atau lebih merencanakan, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi kegiatan bersama.
Dari
pengertian kolaborasi yang diungkapkan oleh berbagai ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran kolaborasi adalah suatu strategi
pembelajaran di mana para siswa dengan variasi yang bertingkat bekerjasama
dalam kelompok kecil ke arah satu tujuan. Dalam kelompok ini para siswa
saling membantu antara satu dengan yang lain. Jadi situasi belajar kolaboratif
ada unsur ketergantungan yang positif untuk mencapai kesuksesan.
Schrage menyatakan
pembelajaran kolaboratif melebihi aktivitas bekerjasama (kooperatif)
kerana ia melibatkan kerjasama hasil penemuan dan hasil yang didapatkan
daripada sekedar pembelajaran baru. Menurut Jonassen, seperti halnya
pembelajaran kooperatif, pembelajaran kolaboratif juga dapat membantu siswa
membina pengetahuan yang lebih bermakna jika dibandingkan dengan pembelajaran
secara individu. Inti pembelajaran kolaboratif adalah bahwa para siswa
belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Antaranggota kelompok saling belajar dan
membelajarkan untuk mencapai tujuan bersama. Keberhasilan kelompok adalah
keberhasilan individu dan demikian pula sebaliknya.
Metode kolaboratif didasarkan
pada asumsi-asumsi mengenai proses belajar siswa sebagai berikut:
1. Belajar
itu aktif dan konstruktif
Untuk
mempelajari bahan pelajaran, siswa harus terlibat secara aktif dengan bahan
itu. Siswa perlu mengintegrasikan bahan baru ini dengan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya, atau menggunakan materi baru untuk menata kembali apa
yang mereka pikir mereka sudah tahu. Siswa membangun makna atau menciptakan hal
baru yang terkait dengan bahan pelajaran. Tindakan pemrosesan intelektual
ini – membangun, menilai, menciptakan sesuatu yang baru- adalah penting dalam
pembelajaran.
2. Belajar
itu bergantung konteks
Penelitian
terbaru mengatakan bahwa pembelajaran secara mendasar dipengaruhi
oleh konteks dan aktivitasnya (Brown, Collins and Duguid,
1989 dalam Smith andMacGregor, 2011). Pembelajaran kolaboratif
menekan siswa dalam tugas-tugas atau pertanyaan-pertanyaan yang
menantang. Kegiatan model pembelajaran ini tidak dimulai dengan
fakta-fakta dan gagasan dan kemudian bergerak ke aplikasi, melainkan dimulai
dari permasalahan. Untuk itu siswa harus menata dengan baik
fakta dan gagasan yang saling berkaitan. Alih-alih berperan sebagai
pengamat pertanyaan dan jawaban, atau masalah dan
penyelesaian, siswa dengan cepat menjadi praktisi. Konteks-konteks
yang kaya, menantang siswa untuk mempraktikkan dan mengembangkan
alasan-alasan dan keahlian menyelesaikan masalah yang tingkatannya lebih
tinggi .
3. Siswa
itu beraneka latar belakang
Para
siswa mempunyai perbedaan dalam banyak hal, seperti latar belakang, gaya
belajar, pengalaman, dan aspirasi. Perbedaan-perbedaan itu diakui dan diterima
dalam kegiatan kerja sama, dan bahkan diperlukan untuk meningkatkan mutu
pencapaian hasil bersama dalam proses belajar.
4. Belajar
itu bersifat sosial
Proses
belajar merupakan proses interaksi sosial yang di dalamnya siswa membangun
makna yang diterima bersama. Pembelajaran kolaboratif menghasilkan sinergi
intelektual dari banyak pemikiran yang datang untuk menyelesaikan suatu
masalah, dan stimulasi sosial dari hubungan timbal balik dalam suatu
usaha. Ekspolarasi, penilaian, dan feed back yang timbal balik
menghasilkan pemahaman lebih baik pada sebagian siswa, dan pada penciptaan
pemahaman baru untuk seluruh siswa dan guru.
Menurut Piaget dan Vigotsky,
strategi pembelajaran kolaboratif didukung oleh adanya tiga teori, yaitu :
1. Teori
Kognitif
Teori ini
berkaitan dengan terjadinya pertukaran konsep antar anggota kelompok pada
pembelajaran kolaboratif sehingga dalam suatu kelompok akan terjadi proses
transformasi ilmu pengetahuan pada setiap anggota.
2. Teori
Konstruktivisme Sosial
Pada
teori ini terlihat adanya interaksi sosial antar anggota yang akan membantu
perkembangan individu dan meningkatkan sikap saling menghormati pendapat
semua anggota kelompok.
3. Teori
Motivasi
Teori ini
teraplikasi dalam struktur pembelajaran kolaboratif karena pembelajaran
tersebut akan memberikan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk belajar,
menambah keberanian anggota untuk memberi pendapat, dan menciptakan
situasi saling memerlukan pada seluruh anggota dalam kelompok.
Piaget dengan
konsepnya “active learning” berpendapat bahwa para siswa belajar
lebih baik jika mereka berpikir secara kelompok. Piaget juga
berpendapat bila suatu kelompok aktif, kelompok tersebut akan melibatkan
yang lain untuk berpikir bersama, sehingga dalam belajar lebih menarik.
Berikut
sejumlah strategi yang diajukan oleh Howard untuk membantu siswa
fokus pada tugas pokok yang harus dikerjakannya:
1. Membagikan
secara tertulis petunjuk pelaksanaan kegiatan yang dikerjakan oleh tim.
Petunjuk itu dibuat detail agar pebelajar tidak mengalami kebingungan dalam
melaksanakannya. Dengan cara demikian, siswa tidak hanya menyandarkan
pada ingatan semata atau catatan-catatan yang dibuat tiap anggota kelompok.
2. Membuat schedule untuk
penyelesaian tugas sementara yang di dalamnya meliputi: tanggal penyelesaian
kegiatan, kartu catatan, dan garis besar penyusunan laporan.
Jika schedule telah disusun, misalnya untuk melaksanakan riset
perpustakaan, melakukan berbagai keterampilan di kelas yang berbeda
bersamaguru dari disiplin ilmu yang berbeda, atau melakukan pertemuan di
tempat lain di luar kelas, semua itu harus dicantumkan di dalam schedule.
3. Mendiskusikan
dengan siswa dan memberikan lembaran evaluasi yang dapat digunakan
untuk menilai aspek-aspek kegiatan kelompok. Ini berguna untuk membantu siswa memahami
bagaimana menyelesaikan kegiatannya dengan baik dan benar.
4. Mengusahakan
setiap anggota kelompok memiliki buku catatan kegiatan yang dibagi ke
dalam bagian-bagian guna mengorganisasikan kegiatan yang harus diselesaikan.
Lembaran tugas, petunjuk pelaksanaan kegiatan, dan schedulekegiatan harus
dilekatkan di bagian depan buku catatan siswa.
2. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat (Umbara, 2006).
Pembelajaran Kontekstual dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan filosofis Kontruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengontruksi pengetahuan di benak pikiran mereka, karena pada dasarnya pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Pembelajaran Kontekstual dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan filosofis Kontruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengontruksi pengetahuan di benak pikiran mereka, karena pada dasarnya pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Kontekstual adalah salah satu prinsip pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna. Yang dimaksud konteks disini adalah tujuan, isi, sumber, target, guru, metode, hasil,kematangan, dan lingkungan.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Dari ulasan berikut, adapun pertanyaan yang akan saya ajukan yaitu
1. Dalam pembelajaran koolaboratif siswa berperan secara aktif,
menurut pendapat anda adakah kelemahannya ?
2. Kontekstual adalah salah
satu prinsip pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna.
Yang dimaksud konteks disini adalah tujuan, isi, sumber, target, guru, metode,
hasil,kematangan, dan lingkungan. Bisakan anda jelaskan apa saja tujuan, isi,
sumber, target, guru, metode, hasil kematangan dan lingkungan itu berkaitan
dengan model pembelajaran kontekstual ?
MODEL
PEMBELAJARAN KOLABORATIF DAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A. Model
Pembelajaran Kolaboratif
Model pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu model
“Student-Centered Learning” (SLC). Pada model ini, peserta belajar dituntut
untuk berperan secara aktif dalam bentuk belajar bersama atau berkelompok.
2. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota masyarakat (Umbara, 2006).
Pembelajaran Kontekstual dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan filosofis Kontruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengontruksi pengetahuan di benak pikiran mereka, karena pada dasarnya pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Pembelajaran Kontekstual dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan filosofis Kontruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengontruksi pengetahuan di benak pikiran mereka, karena pada dasarnya pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Kontekstual adalah salah satu prinsip pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna. Yang dimaksud konteks disini adalah tujuan, isi, sumber, target, guru, metode, hasil,kematangan, dan lingkungan.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Dari
ulasan berikut, adapun pertanyaan yang akan saya ajukan yaitu
1. Dalam
pembelajaran koolaboratif siswa berperan secara aktif, menurut pendapat anda
adakah kelemahannya ?
2. Kontekstual adalah salah satu prinsip pembelajaran
yang memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna. Yang dimaksud konteks
disini adalah tujuan, isi, sumber, target, guru, metode, hasil,kematangan, dan
lingkungan. Bisakan anda jelaskan apa saja tujuan, isi, sumber, target, guru,
metode, hasil kematangan dan lingkungan itu berkaitan dengan model pembelajaran
kontekstual ?
Assalamualaikum wr,wb
ReplyDeleteterima kasih atas ulasannya, saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor satu , menurut pendapat saya ada kelemahannya yaitu siswa yang kurang bisa mengeluarkan pendapat akan sulit beradaptasi dengan model ini, sehingga akan terlihat perbedaan siswa aktif dan tidak, dengan hal tersebut siswa yang kurang mampu mengeluarkan pendapat akan merasa tidak percaya diri .
Assalamualaikum wr,Wb
ReplyDeleteSaya akan mencoba menjawab apakah ada kelemahan dari model kolaboratif..?
Tentu saja ada,dari artikel yg pernah saya baca itu meskipun di model kolaborasi siswa itu aktif untuk memerapkan model ini butuh waktu yang lama,pertanyaan siswa juga dapat menyimpang dari materi pembahasan,adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang merasa lemah akan rendah diri dan selalu tergantung dengan orang lain.
Iya, diantara kelemahannya juga dari sisi guru dan siswa. Kadang masih ada intervensi dari guru yang seharusnya tidak perlu, sementara sebagian lsiswa juga cenderung belum siap belajar secara mandiri,.
Deletemakna konseptual dalam KBBI Ialah berhubungan dengan (berciri seperti) konsep. Konsep sederhana lebih mudah disepakati. Misalnya, kebanyakan orang sepakat pada makna “ bayi”. Tetapi, kita agak sulit untuk menyepakati apa yang dimaksud dengan “muda” atau “tua”. Kita lebih mudah sepakat bahwa sesuatu di sebut apel ketimbang sepakat apakah sesuatu itu buah atau bukan. Beberapa konsep ada yang sangat kompleks, membingungkan, dan abstrak, seperti konsep dalam teori kejatuhan perekonomian atau teori tegangan, dalam fisika.
ReplyDeletedari contoh diatas, mari kita memaknai keterkaitan komponen pendidikan.
Salam
Agung Laksono
Assalamualaikum saya akan menjawab pertanyaan nomor satu.
ReplyDeleteKelemahan nya waktu yg dibutuhkan juga banyak.
kelemahan model pembelajaran kolaboratif salah satunya adalah Adanya sifat sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung pada orang lain.
ReplyDeletemenurut saya kelemahan model kolaboratif lainnya apabila kerja sama tidak dapat dijalankan siswa dengan baik, maka yang akan bekerja hanyalah beberapa murid yang pintar dan aktif saja.
ReplyDeleteAss...
ReplyDeleteUlasan yang bagus sekali dari rekan-rekan semua...
Di sini sedikit saya ingin menambahkan ulasan mengenai kekurangannya, yaitu kebulatan atau kesimpulan dari bahan atau materi pelajaran sukar dicapai...
Mungkin itu tambahan dari saya. Terimakasih
Kelemahan model pembelajaran kolaborasi adalah membutuhkan waktu yang lama, ada sifat sifat ingin menonjolkan diri pada siswa dan sebaliknya merasa lemah atau rendah diri serta tergantung kepada org lain.
ReplyDeleteMakasih
Kelemahan model pembelajaran kolaborasi adalah membutuhkan waktu yang lama, ada sifat sifat ingin menonjolkan diri pada siswa dan sebaliknya merasa lemah atau rendah diri serta tergantung kepada org lain.
ReplyDeleteMakasih
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletemenurut saya kelemahan model pembelajaran kolaborasi adalah kurangnya ruang gerak untuk mengembangkan diri siswa yang dikategorikan pintar dan siswa yang dikategorikan kurang pintar selalu tertinggal dalam hal proses pembelajarsn dan merasa minder dengan siswa yang pintar karena siswa yang pintar yang selalu memegang kendali
ReplyDeleteJabawan nmor 1. Membutuhkan waktu yg lama.
ReplyDelete2 sosial antar siswa kurang/ lemah
Kelemahan model pembelajaran kolaborasi adalah membutuhkan waktu yang lama, adanya sifat sifat siswa ingin menonjolkan diri atau bahkan rendah diri.
ReplyDelete