Friday, February 2, 2018


MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

A. Model Pembelajaran Kolaboratif
Model pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu model “Student-Centered Learning” (SLC). Pada model ini, peserta belajar dituntut untuk berperan secara aktif dalam bentuk belajar bersama atau berkelompok.
Gokhale mendefinisikan bahwa “collaborative learning” mengacu pada metode pengajaran di mana siswa dalam satu kelompok yang bervariasi tingkat kecakapannya bekerjasama dalam kelompok kecil yang mengarah pada tujuan bersama. Pengertian kolaborasi sendiri yaitu:
1.    Keohane berpendapat bahwa kolaborasi adalah bekerja bersama dengan yang lain, kerja sama, bekerja dalam bagian satu tim, dan bercampur dalam satu kelompok menuju keberhasilan bersama.
2.    Patel berpendapat bahwa kolaborasi adalah suatu proses saling ketergantungan fungsional dalam mencoba untuk keterampilan koordinasi, to coordinate skills, tools, and rewards.
3.    Duin, Jorn, DeBower, dan Johnson mendefinisikan “collaboration” sebagai suatu proses di mana dua orang atau lebih merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kegiatan bersama.
Dari pengertian kolaborasi yang diungkapkan oleh berbagai ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran kolaborasi adalah suatu strategi pembelajaran di mana para siswa dengan variasi yang bertingkat bekerjasama dalam kelompok kecil ke arah satu tujuan. Dalam kelompok ini para siswa saling membantu antara satu dengan yang lain. Jadi situasi belajar kolaboratif ada unsur ketergantungan yang positif untuk mencapai kesuksesan. 
Schrage menyatakan  pembelajaran kolaboratif melebihi aktivitas bekerjasama (kooperatif) kerana ia melibatkan kerjasama hasil penemuan dan hasil yang didapatkan daripada sekedar pembelajaran baru. Menurut Jonassen, seperti halnya pembelajaran kooperatif, pembelajaran kolaboratif juga dapat membantu siswa membina pengetahuan yang lebih bermakna jika dibandingkan dengan pembelajaran secara individu. Inti pembelajaran kolaboratif adalah bahwa para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Antaranggota kelompok saling belajar dan membelajarkan untuk mencapai tujuan bersama. Keberhasilan kelompok adalah keberhasilan individu dan demikian pula sebaliknya.
Metode kolaboratif didasarkan pada asumsi-asumsi mengenai proses belajar siswa sebagai berikut:
1.    Belajar itu aktif dan konstruktif
Untuk mempelajari bahan pelajaran, siswa harus terlibat secara aktif dengan bahan itu. Siswa perlu mengintegrasikan bahan baru ini dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, atau menggunakan materi baru untuk menata kembali apa yang mereka pikir mereka sudah tahu. Siswa membangun makna atau menciptakan hal baru yang terkait dengan bahan pelajaran. Tindakan pemrosesan intelektual ini – membangun, menilai, menciptakan sesuatu yang baru- adalah penting dalam pembelajaran.
2.    Belajar itu bergantung konteks
Penelitian terbaru mengatakan bahwa pembelajaran secara mendasar dipengaruhi oleh konteks dan aktivitasnya (Brown, Collins and Duguid, 1989 dalam Smith andMacGregor, 2011). Pembelajaran kolaboratif menekan siswa dalam tugas-tugas atau pertanyaan-pertanyaan yang menantang. Kegiatan model pembelajaran ini tidak dimulai dengan fakta-fakta dan gagasan dan kemudian bergerak ke aplikasi, melainkan dimulai dari permasalahan. Untuk itu siswa harus menata dengan baik fakta dan gagasan yang saling berkaitan. Alih-alih berperan sebagai pengamat pertanyaan dan jawaban, atau masalah dan penyelesaian, siswa dengan cepat menjadi praktisi. Konteks-konteks yang kaya, menantang siswa untuk mempraktikkan dan mengembangkan alasan-alasan dan keahlian menyelesaikan masalah yang tingkatannya lebih tinggi .
3.    Siswa itu beraneka latar belakang
Para siswa mempunyai perbedaan dalam banyak hal, seperti latar belakang, gaya belajar, pengalaman, dan aspirasi. Perbedaan-perbedaan itu diakui dan diterima dalam kegiatan kerja sama, dan bahkan diperlukan untuk meningkatkan mutu pencapaian hasil bersama dalam proses belajar.
4.    Belajar itu bersifat sosial
Proses belajar merupakan proses interaksi sosial yang di dalamnya siswa membangun makna yang diterima bersama. Pembelajaran kolaboratif menghasilkan sinergi intelektual dari banyak pemikiran yang datang untuk menyelesaikan suatu masalah, dan stimulasi sosial dari hubungan timbal balik dalam suatu usaha.  Ekspolarasi, penilaian, dan feed back yang timbal balik menghasilkan pemahaman lebih baik pada sebagian siswa, dan pada penciptaan pemahaman baru untuk seluruh siswa dan guru.
Menurut Piaget dan Vigotsky, strategi pembelajaran kolaboratif didukung oleh adanya tiga teori, yaitu :
1.    Teori Kognitif
Teori ini berkaitan dengan terjadinya pertukaran konsep antar anggota kelompok pada pembelajaran kolaboratif sehingga dalam suatu kelompok akan terjadi proses transformasi ilmu pengetahuan pada setiap anggota.
2.    Teori Konstruktivisme Sosial
Pada teori ini terlihat adanya interaksi sosial antar anggota yang akan membantu perkembangan  individu dan meningkatkan sikap saling menghormati pendapat semua anggota kelompok.
3.    Teori Motivasi
Teori ini teraplikasi dalam struktur pembelajaran kolaboratif karena pembelajaran tersebut akan memberikan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk belajar, menambah keberanian anggota untuk memberi pendapat, dan menciptakan situasi saling memerlukan pada seluruh anggota dalam kelompok.
Piaget dengan konsepnya “active learning” berpendapat bahwa para siswa belajar lebih baik jika mereka berpikir secara kelompok. Piaget juga berpendapat bila suatu kelompok aktif, kelompok tersebut akan melibatkan yang lain untuk berpikir bersama, sehingga dalam belajar lebih menarik.
Berikut sejumlah strategi yang diajukan oleh Howard untuk membantu siswa fokus pada tugas pokok yang harus dikerjakannya:
1.    Membagikan secara tertulis petunjuk pelaksanaan kegiatan yang dikerjakan oleh tim. Petunjuk itu dibuat detail agar pebelajar tidak mengalami kebingungan dalam melaksanakannya. Dengan cara demikian, siswa tidak hanya menyandarkan pada ingatan semata atau catatan-catatan yang dibuat tiap anggota kelompok.
2.    Membuat schedule untuk penyelesaian tugas sementara yang di dalamnya meliputi: tanggal penyelesaian kegiatan, kartu catatan, dan garis besar penyusunan laporan. Jika schedule telah disusun, misalnya untuk melaksanakan riset perpustakaan, melakukan berbagai keterampilan di kelas yang berbeda bersamaguru dari disiplin ilmu yang berbeda, atau melakukan pertemuan di tempat lain di luar kelas, semua itu harus dicantumkan di dalam schedule.
3.    Mendiskusikan dengan siswa dan memberikan lembaran evaluasi yang dapat digunakan untuk menilai aspek-aspek kegiatan kelompok. Ini berguna untuk membantu siswa memahami bagaimana menyelesaikan kegiatannya dengan baik dan benar.
4.    Mengusahakan setiap anggota kelompok memiliki buku catatan kegiatan yang dibagi ke dalam bagian-bagian guna mengorganisasikan kegiatan yang harus diselesaikan. Lembaran tugas, petunjuk pelaksanaan kegiatan, dan schedulekegiatan harus dilekatkan di bagian depan buku catatan siswa.


2. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat (Umbara, 2006). 

Pembelajaran Kontekstual dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan filosofis Kontruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengontruksi pengetahuan di benak pikiran mereka, karena pada dasarnya pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

Kontekstual adalah salah satu prinsip pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna. Yang dimaksud konteks disini adalah tujuan, isi, sumber, target, guru, metode, hasil,kematangan, dan lingkungan. 

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.


Dari ulasan berikut, adapun pertanyaan yang akan saya ajukan yaitu
1. Dalam pembelajaran koolaboratif siswa berperan secara aktif, menurut pendapat anda adakah kelemahannya ?
2. Kontekstual adalah salah satu prinsip pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna. Yang dimaksud konteks disini adalah tujuan, isi, sumber, target, guru, metode, hasil,kematangan, dan lingkungan. Bisakan anda jelaskan apa saja tujuan, isi, sumber, target, guru, metode, hasil kematangan dan lingkungan itu berkaitan dengan model pembelajaran kontekstual ?
  
MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

A. Model Pembelajaran Kolaboratif
Model pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu model “Student-Centered Learning” (SLC). Pada model ini, peserta belajar dituntut untuk berperan secara aktif dalam bentuk belajar bersama atau berkelompok.
Gokhale mendefinisikan bahwa “collaborative learning” mengacu pada metode pengajaran di mana siswa dalam satu kelompok yang bervariasi tingkat kecakapannya bekerjasama dalam kelompok kecil yang mengarah pada tujuan bersama. Pengertian kolaborasi sendiri yaitu:
1.    Keohane berpendapat bahwa kolaborasi adalah bekerja bersama dengan yang lain, kerja sama, bekerja dalam bagian satu tim, dan bercampur dalam satu kelompok menuju keberhasilan bersama.
2.    Patel berpendapat bahwa kolaborasi adalah suatu proses saling ketergantungan fungsional dalam mencoba untuk keterampilan koordinasi, to coordinate skills, tools, and rewards.
3.    Duin, Jorn, DeBower, dan Johnson mendefinisikan “collaboration” sebagai suatu proses di mana dua orang atau lebih merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kegiatan bersama.
Dari pengertian kolaborasi yang diungkapkan oleh berbagai ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran kolaborasi adalah suatu strategi pembelajaran di mana para siswa dengan variasi yang bertingkat bekerjasama dalam kelompok kecil ke arah satu tujuan. Dalam kelompok ini para siswa saling membantu antara satu dengan yang lain. Jadi situasi belajar kolaboratif ada unsur ketergantungan yang positif untuk mencapai kesuksesan. 
Schrage menyatakan  pembelajaran kolaboratif melebihi aktivitas bekerjasama (kooperatif) kerana ia melibatkan kerjasama hasil penemuan dan hasil yang didapatkan daripada sekedar pembelajaran baru. Menurut Jonassen, seperti halnya pembelajaran kooperatif, pembelajaran kolaboratif juga dapat membantu siswa membina pengetahuan yang lebih bermakna jika dibandingkan dengan pembelajaran secara individu. Inti pembelajaran kolaboratif adalah bahwa para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Antaranggota kelompok saling belajar dan membelajarkan untuk mencapai tujuan bersama. Keberhasilan kelompok adalah keberhasilan individu dan demikian pula sebaliknya.
Metode kolaboratif didasarkan pada asumsi-asumsi mengenai proses belajar siswa sebagai berikut:
1.    Belajar itu aktif dan konstruktif
Untuk mempelajari bahan pelajaran, siswa harus terlibat secara aktif dengan bahan itu. Siswa perlu mengintegrasikan bahan baru ini dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, atau menggunakan materi baru untuk menata kembali apa yang mereka pikir mereka sudah tahu. Siswa membangun makna atau menciptakan hal baru yang terkait dengan bahan pelajaran. Tindakan pemrosesan intelektual ini – membangun, menilai, menciptakan sesuatu yang baru- adalah penting dalam pembelajaran.
2.    Belajar itu bergantung konteks
Penelitian terbaru mengatakan bahwa pembelajaran secara mendasar dipengaruhi oleh konteks dan aktivitasnya (Brown, Collins and Duguid, 1989 dalam Smith andMacGregor, 2011). Pembelajaran kolaboratif menekan siswa dalam tugas-tugas atau pertanyaan-pertanyaan yang menantang. Kegiatan model pembelajaran ini tidak dimulai dengan fakta-fakta dan gagasan dan kemudian bergerak ke aplikasi, melainkan dimulai dari permasalahan. Untuk itu siswa harus menata dengan baik fakta dan gagasan yang saling berkaitan. Alih-alih berperan sebagai pengamat pertanyaan dan jawaban, atau masalah dan penyelesaian, siswa dengan cepat menjadi praktisi. Konteks-konteks yang kaya, menantang siswa untuk mempraktikkan dan mengembangkan alasan-alasan dan keahlian menyelesaikan masalah yang tingkatannya lebih tinggi .
3.    Siswa itu beraneka latar belakang
Para siswa mempunyai perbedaan dalam banyak hal, seperti latar belakang, gaya belajar, pengalaman, dan aspirasi. Perbedaan-perbedaan itu diakui dan diterima dalam kegiatan kerja sama, dan bahkan diperlukan untuk meningkatkan mutu pencapaian hasil bersama dalam proses belajar.
4.    Belajar itu bersifat sosial
Proses belajar merupakan proses interaksi sosial yang di dalamnya siswa membangun makna yang diterima bersama. Pembelajaran kolaboratif menghasilkan sinergi intelektual dari banyak pemikiran yang datang untuk menyelesaikan suatu masalah, dan stimulasi sosial dari hubungan timbal balik dalam suatu usaha.  Ekspolarasi, penilaian, dan feed back yang timbal balik menghasilkan pemahaman lebih baik pada sebagian siswa, dan pada penciptaan pemahaman baru untuk seluruh siswa dan guru.
Menurut Piaget dan Vigotsky, strategi pembelajaran kolaboratif didukung oleh adanya tiga teori, yaitu :
1.    Teori Kognitif
Teori ini berkaitan dengan terjadinya pertukaran konsep antar anggota kelompok pada pembelajaran kolaboratif sehingga dalam suatu kelompok akan terjadi proses transformasi ilmu pengetahuan pada setiap anggota.
2.    Teori Konstruktivisme Sosial
Pada teori ini terlihat adanya interaksi sosial antar anggota yang akan membantu perkembangan  individu dan meningkatkan sikap saling menghormati pendapat semua anggota kelompok.
3.    Teori Motivasi
Teori ini teraplikasi dalam struktur pembelajaran kolaboratif karena pembelajaran tersebut akan memberikan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk belajar, menambah keberanian anggota untuk memberi pendapat, dan menciptakan situasi saling memerlukan pada seluruh anggota dalam kelompok.
Piaget dengan konsepnya “active learning” berpendapat bahwa para siswa belajar lebih baik jika mereka berpikir secara kelompok. Piaget juga berpendapat bila suatu kelompok aktif, kelompok tersebut akan melibatkan yang lain untuk berpikir bersama, sehingga dalam belajar lebih menarik.
Berikut sejumlah strategi yang diajukan oleh Howard untuk membantu siswa fokus pada tugas pokok yang harus dikerjakannya:
1.    Membagikan secara tertulis petunjuk pelaksanaan kegiatan yang dikerjakan oleh tim. Petunjuk itu dibuat detail agar pebelajar tidak mengalami kebingungan dalam melaksanakannya. Dengan cara demikian, siswa tidak hanya menyandarkan pada ingatan semata atau catatan-catatan yang dibuat tiap anggota kelompok.
2.    Membuat schedule untuk penyelesaian tugas sementara yang di dalamnya meliputi: tanggal penyelesaian kegiatan, kartu catatan, dan garis besar penyusunan laporan. Jika schedule telah disusun, misalnya untuk melaksanakan riset perpustakaan, melakukan berbagai keterampilan di kelas yang berbeda bersamaguru dari disiplin ilmu yang berbeda, atau melakukan pertemuan di tempat lain di luar kelas, semua itu harus dicantumkan di dalam schedule.
3.    Mendiskusikan dengan siswa dan memberikan lembaran evaluasi yang dapat digunakan untuk menilai aspek-aspek kegiatan kelompok. Ini berguna untuk membantu siswa memahami bagaimana menyelesaikan kegiatannya dengan baik dan benar.
4.    Mengusahakan setiap anggota kelompok memiliki buku catatan kegiatan yang dibagi ke dalam bagian-bagian guna mengorganisasikan kegiatan yang harus diselesaikan. Lembaran tugas, petunjuk pelaksanaan kegiatan, dan schedulekegiatan harus dilekatkan di bagian depan buku catatan siswa.


2. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat (Umbara, 2006). 

Pembelajaran Kontekstual dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan filosofis Kontruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengontruksi pengetahuan di benak pikiran mereka, karena pada dasarnya pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

Kontekstual adalah salah satu prinsip pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna. Yang dimaksud konteks disini adalah tujuan, isi, sumber, target, guru, metode, hasil,kematangan, dan lingkungan. 

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.


Dari ulasan berikut, adapun pertanyaan yang akan saya ajukan yaitu
1. Dalam pembelajaran koolaboratif siswa berperan secara aktif, menurut pendapat anda adakah kelemahannya ?
2. Kontekstual adalah salah satu prinsip pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna. Yang dimaksud konteks disini adalah tujuan, isi, sumber, target, guru, metode, hasil,kematangan, dan lingkungan. Bisakan anda jelaskan apa saja tujuan, isi, sumber, target, guru, metode, hasil kematangan dan lingkungan itu berkaitan dengan model pembelajaran kontekstual ?

15 comments:

  1. Assalamualaikum wr,wb
    terima kasih atas ulasannya, saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor satu , menurut pendapat saya ada kelemahannya yaitu siswa yang kurang bisa mengeluarkan pendapat akan sulit beradaptasi dengan model ini, sehingga akan terlihat perbedaan siswa aktif dan tidak, dengan hal tersebut siswa yang kurang mampu mengeluarkan pendapat akan merasa tidak percaya diri .

    ReplyDelete
  2. Assalamualaikum wr,Wb
    Saya akan mencoba menjawab apakah ada kelemahan dari model kolaboratif..?
    Tentu saja ada,dari artikel yg pernah saya baca itu meskipun di model kolaborasi siswa itu aktif untuk memerapkan model ini butuh waktu yang lama,pertanyaan siswa juga dapat menyimpang dari materi pembahasan,adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang merasa lemah akan rendah diri dan selalu tergantung dengan orang lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, diantara kelemahannya juga dari sisi guru dan siswa. Kadang masih ada intervensi dari guru yang seharusnya tidak perlu, sementara sebagian lsiswa juga cenderung belum siap belajar secara mandiri,.

      Delete
  3. makna konseptual dalam KBBI Ialah berhubungan dengan (berciri seperti) konsep. Konsep sederhana lebih mudah disepakati. Misalnya, kebanyakan orang sepakat pada makna “ bayi”. Tetapi, kita agak sulit untuk menyepakati apa yang dimaksud dengan “muda” atau “tua”. Kita lebih mudah sepakat bahwa sesuatu di sebut apel ketimbang sepakat apakah sesuatu itu buah atau bukan. Beberapa konsep ada yang sangat kompleks, membingungkan, dan abstrak, seperti konsep dalam teori kejatuhan perekonomian atau teori tegangan, dalam fisika.
    dari contoh diatas, mari kita memaknai keterkaitan komponen pendidikan.

    Salam
    Agung Laksono

    ReplyDelete
  4. Assalamualaikum saya akan menjawab pertanyaan nomor satu.
    Kelemahan nya waktu yg dibutuhkan juga banyak.

    ReplyDelete
  5. kelemahan model pembelajaran kolaboratif salah satunya adalah Adanya sifat sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung pada orang lain.

    ReplyDelete
  6. menurut saya kelemahan model kolaboratif lainnya apabila kerja sama tidak dapat dijalankan siswa dengan baik, maka yang akan bekerja hanyalah beberapa murid yang pintar dan aktif saja.

    ReplyDelete
  7. Ass...
    Ulasan yang bagus sekali dari rekan-rekan semua...
    Di sini sedikit saya ingin menambahkan ulasan mengenai kekurangannya, yaitu kebulatan atau kesimpulan dari bahan atau materi pelajaran sukar dicapai...
    Mungkin itu tambahan dari saya. Terimakasih

    ReplyDelete
  8. Kelemahan model pembelajaran kolaborasi adalah membutuhkan waktu yang lama, ada sifat sifat ingin menonjolkan diri pada siswa dan sebaliknya merasa lemah atau rendah diri serta tergantung kepada org lain.
    Makasih

    ReplyDelete
  9. Kelemahan model pembelajaran kolaborasi adalah membutuhkan waktu yang lama, ada sifat sifat ingin menonjolkan diri pada siswa dan sebaliknya merasa lemah atau rendah diri serta tergantung kepada org lain.
    Makasih

    ReplyDelete
  10. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  11. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  12. menurut saya kelemahan model pembelajaran kolaborasi adalah kurangnya ruang gerak untuk mengembangkan diri siswa yang dikategorikan pintar dan siswa yang dikategorikan kurang pintar selalu tertinggal dalam hal proses pembelajarsn dan merasa minder dengan siswa yang pintar karena siswa yang pintar yang selalu memegang kendali

    ReplyDelete
  13. Jabawan nmor 1. Membutuhkan waktu yg lama.
    2 sosial antar siswa kurang/ lemah

    ReplyDelete
  14. Kelemahan model pembelajaran kolaborasi adalah membutuhkan waktu yang lama, adanya sifat sifat siswa ingin menonjolkan diri atau bahkan rendah diri.

    ReplyDelete

Featured Post

PRAKTIKUM TAKSMON CHLOROPHYTA

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI MONERA DAN PROTISTA Judul Praktikum : Chlorophyta Oleh : Ahmad Syarief Ramadhani NIM : RRA1C409013 BAB I PENDA...

SELAMAT DATANG DI BLOG DHANI BIOTA (BIOLOGI). SEMOGA BERMANFAAT