Abad 21 dan pengaruhnya dalam pembelajaran.
Saat ini
kita telah memasuki abad baru yaitu abad 21, diamana rentang waktunya antara
tahun 2001-2100. Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa abad 21 ini telah
banyak berubah akibat adanya pengaruh globalisai yang mencakup berbagai aspek
kehidupan termasuk didalamnya aspek pendidikan.
John Naisbitt seperti dikutip Deliar
Noerdan Iskandar Alisyahbana(1988:355), telah terjadi perubahan sepuluh arah
dalam menghadapi abad 21 yaitu :
1. Peralihan dari
masyarakat industry kepadamasyarakat informasi.
2. Peralihan darai
teknologi yang dipaksakan kepada teknologi tinggi dansentuhan tinggi.
3. Peralihan dari
ekonomi nasional menuju ekonomi dunia.
4. Peralihan dari
perencanaan jangka pendek menuju perencanaan jangka panjang.
5. Dari
sentralisasi ke desentralisasi.
6. Dari bantuan
institusional menuju bantuan individual.
7. Dari demokrasi
perwakilan menuju ke demokrasi partisipatoris .
8. Peralihan dari
hirarki-hirarki menuju pada penjaringan (network)
9. Peralihan dari
utara menuju selatan.
10. Peralihan
dari satu pilihan kepada pilihan majemuk.
Dalam konteks nasional, antisipasi
garapan pendidikan nasional menghadapi kehidupan mendatang khususnya abad 21 , secara
yuridis formal telah tersurat pada UU no 2 1989 tentang wajib belajar dasar 9
tahun dan GBHN 1993. Beikut beberapa gagasan yang dapat diterapkan dalam
menghadapi abad 21, seperti yang disarankan Deliar Noer dan Iskandar
Alisyahbana(1988:376-389):
1. Pendidikan
bukan hanya berurusan dengan transmisi pengetahuan dan keterampilan, tetapi
juga dengan prefensi lain. Itu berarti bahwa pendidikan berhubungan erat dengan
nilai-nilai, dan sebagian nilai itu adalah berkenaan dengan nasionalisme.
2. Negara kita
adalah Negara kepulauan. Secara potensial sumber-sumber kita ada di darat dan
di perairan.kita bertanggung jawab untuk melindungi sumber alam tersebut serta
memanfaatkannyasebaik-baiknya untuk kemaslahatan bangsa.
3. Dimasa depan
mungkin sekali ada perubahan dan fluktuasi yang berarti dalam penyebaran
penduduk. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sistem pendidikan yang cukup lues
yang mampu secara cepat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
4. Dimasa depan
perlu member peranan yang seluas-luasnya kepada kaum wanita untuk mendapatkan
5. Tuntutan belajar
seumur hidup (life long education) tampaknya harus mendapatkan perhatian yang
lebih memadai dimasa akan datang.
6. Pentingnya
media elektronik dalam penyebarluasan pendidikan, termasuk pengembangan sistem
belajar jarak jauh dan pemanfaatan computer untuk pendidikan.
7. Publikasi
dan penelitian serta pengembangan pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar
bagi setiap masyarakat yang ingin maju.
Sistem Pembelajaran Sain Abad 21
Dalam menghadapi globalisasi abad 21
maka salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan mutu
pendidikan. Saat ini peningkatan mutu pendidikan Indonesia masih terus
diupayakan karena sangat diyakini bahwa IPA sebagai ilmu dasar memegang peranan
penting dalam pengembangan IPTEK. IPA (natural sains) adalah kumpulan
pengetahuan dan cara-cara mendapatkan pengetahuan mempergunakan pengetahuan.
Kurikulum 2013 disiapkan untuk
mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu
kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Pergeseran
paradigma belajar abad 21 dan kerangka kompetensi abad 21 menjadi pijakan di
dalam pengembangan kurikulum 2013. Menyongsong pemberlakuan kurikulum 2013
semakin mempertegas peran pendidikan nasional. Sebagai salah satu sektor
pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi
terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa
untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia
yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara
optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter. Hal itu
juga dijadikan acuan dalam pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA yang didasarkan
pada standar isi akan membentuk siswa yang memiliki bekal ilmu pengetahuan (have a body of knowledge), standar
proses akan membentuk siswa yang memiliki keterampilan ilmiah (scientific skills), keterampilan
berpikir (thinking skills) dan
strategi berpikir (strategy of
thinking); standar inkuiri ilmiah akan membentuk siswa yang mampu
berpikir kritis dan kreatif (critical
and creative thinking); standar asesmen mengevaluasi siswa secara
manusiawi artinya sesuai apa yang dialami siswa dalam pembelajaran (authentic assessment). Penerapan
standar-standar dalam pembelajaran IPA khususnya empat standar tersebut akan
memberikansoft skill berupa
karakter siswa, untuk itu sangat diperlukan pembelajaran IPA yang menerapkan
standar-standar guna membangun karakter siswa. Siswa yang berkarakter dapat
dicirikan apabila siswa memiliki kemampuan mengintegrasikan pengetahuan,
keterampilan-keterampilan dan sikap dalam usaha untuk memahami lingkungan.
Pengembangan kurikulum 2013 dapat
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan
pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Diakui dalam perkembangan kehidupan
dan ilmu pengetahuan abad 21, memang telah terjadi pergeseran baik ciri maupun
model pembelajaran. Inilah yang diantisipasi pada kurikulum 2013. Dalam
kurikulum 2013 ini, mata pelajaran IPA di tingkat Sekolah Menengah Pertama,
mata pelajaran IPA dikemas secara terintegrasi pada keilmuan IPA, terintegrasi
dengan pembentukan karakter. Perubahan pendidikan dan mindset para guru harus
didasarkan pada kecakapan/ketrampilan apa saja yang nantinya dibutuhkan oleh
para siswa di 21st century ini
untuk dapat mencapai partisipasi penuh di masyarakat.
Pengembangan kurikulum 2013
merupakan penyempurnaan dari KBK dan KTSP. Karakteristik kurikulum 2013
dijelaskan melalui table berikut.
No
|
KBK
|
KTSP
|
Kurikulum 2013
|
1.
|
Standar Kopetensi lulusan diturunkan dari standar
isi
|
Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan
|
|
2.
|
Standar isi dirumuskan berdasarkan tujuan mata
pelajaran (standar kompetensi lulusan mata pelajaran) yang dirinci menjadi
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
|
Standar isi diturunkan dari standar kompetensi
lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran
|
|
3.
|
Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap,
pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan.
|
Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap
pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan
|
|
5
|
Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran
|
Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang
diharapkan
|
|
6.
|
Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti
sekumpulan mata pelajaran yang terpisah.
|
Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti
tiap kelas.
|
Sumber : Mendikbud 2013.
Pembelajaran IPA di era abad 21 sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah
(scientific inquiri) dengan pendekatan berpusat pada siswa (student centered
learning) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif (creative thingking) dan
berpikir kritis (critical thingking), mampu memecahkan masalah, melatih
kemampuan inovasi dan menekankan pentingnya kolaborasi dan komunikasi.
Keterampilan berpikir yang dikembangkan sebaiknya sudah menjangkau keterampilan
berpikir tingkat tinggi (high order thingking skill) yang jika dijangkau dengan
ranah kognitif pada taksonomi bloom berada pada level analisis, sintesis,
evaluasi dan kreasi. Sehingga pembelajaran harus sesuai dengan karakter dan
domain IPA yang meliputi domain konsep, proses, kreativitas, sikap atau tingkah
laku dan aplikasi sesuai dengan yang dikemukakan oleh yager (1996:3-4).
Manajemen sistem pendidikan abad 21
Menurut
Jennifer Nichols manajemen pendidikan abad 21 di kelompokkan ke dalam 4
prinsip, yaitu: (1) instruction
should be student-centered; (2)education
should be collaborative; (3) learning should have context; dan (4) schools should be integrated with society.
Keempat prinsip
pokok pembelajaran abad ke 21 yang digagas Jennifer Nichols tersebut
dapat dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini:
1. Instruction
should be student-centered
Pengembangan
pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif
mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut
untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan guru, tetapi
berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan
kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi
untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat.
Pembelajaran
berpusat pada siswa bukan berarti guru menyerahkan kontrol belajar kepada siswa
sepenuhnya. Intervensi guru masih tetap diperlukan. Guru berperan sebagai
fasilitator yang berupaya membantu mengaitkan pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimiliki
siswa dengan informasi baru yang akan dipelajarinya. Memberi kesempatan siswa
untuk belajar sesuai dengan cara dan gaya belajarnya masing-masing dan
mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas proses belajar yang
dilakukannya. Selain itu, guru juga berperan sebagai pembimbing, yang
berupaya membantu siswa ketika menemukan kesulitan dalam proses mengkonstruksi
pengetahuan dan keterampilannya.
2. Education
should be collaborative
Siswa
harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai
yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu
didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam
mengerjakan suatu proyek, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai
kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan
menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
Begitu juga,
sekolah (termasuk di dalamnya guru) seyogyanya dapat bekerja sama dengan
lembaga pendidikan (guru) lainnya di berbagai belahan dunia untuk saling
berbagi informasi dan penglaman tentang praktik dan metode pembelajaran yang
telah dikembangkannya. Kemudian, mereka bersedia melakukan perubahan metode
pembelajarannya agar menjadi lebih baik.
3. Learning
should have context
Pembelajaran
tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan siswa di
luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Guru mengembangkan metode pembelajaran yang
memungkinkan siswa terhubung dengan dunia nyata (real word). Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai,
makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Guru melakukan penilaian
kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata.
4. Schools
should be integrated with society
Dalam upaya
mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sekolah
seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya.
Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat belajar
mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa
dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat,
seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain
itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih
kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.
Dengan
kekuatan teknologi dan internet, siswa saat ini bisa berbuat lebih banyak lagi.
Ruang gerak sosial siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah atau tempat
tinggalnya, tapi dapat menjangkau lapisan masyarakat yang ada di berbagai
belahan dunia. Pendidikan perlu membantu siswa menjadi warga digital yang
bertanggung jawab
Bentuk Pembelajaran Digital Abad 21.
Dunia pendidikan
secara dinamis akan selalu mengalami perubahan yang berimbas pada tuntutan
perubahan pada pembelajaran dan sumber daya manusia yang terlibat didalamnya.
Pembelajaran abad 21 sendiri identik dengan kemajuan teknologinya, dimana
teknologi menjadi bagian yang integral dengan kehidupan pebelajar. Teknologi
informasi dan komunikasi menjadi prioritas dalam daftar kompetensi-kompetensi
yang dibutuhkan untuk berhasil dalam pembelajaran abad 21 (21st Century
Literacy Summit,2010).
Meskipun pembelajaran abad 21 membuat pendidikan nampak menuju arah yang
sama, namun keahlian abad 21 bersifat kompleks dan bervariasi antar negara
ataupun antar daerah, kecuali satu keahlian, literasi teknologi informasi dan
komunikasi atau juga disebut literasi dijital. Mendukung literasi tersebut, dikenal
pula softskills yang termasuk dalam dua kategori, cara berpikir dan cara
bekerja. Cara berpikir meliputi kreativitas, berfikir kritis, dan pemecahan
masalah. Cara bekerja meliputi kemampuan komunikasi dan kolaborasi. Kedua
kategori softskills ini amat dipengaruhi oleh budaya lokal sehingga bersifat
unik dan ditentukan oleh masyarakat setempat.
Kemahiran-kemahiran
yang perlu dikuasai dalam pengajaran dan pembelajaran abad ke-21:
Kemahiran
pembelajaran dan inovasi
Kemahiran maklumat,
media dan teknologi
Kemahiran
hidup dan kerjaya
Ciri-Ciri Pembelajaran Abad Ke-21 :
Komunikasi
Pemikiran Kritis
KolaborasiKreativiti
Komunikasi
Pemikiran Kritis
KolaborasiKreativiti
Elemen-elemen yang
terkandung dalam pembelajaran abad ke-21 :
Kreativiti dan inovasi
Fleksibiliti dan mempunyai keupayaan menyesuaikan diri
Pemikiran kritis dan penyelesaian masalah
Berinisiatif dan mempunyai haluan diri
Komunikasi dan kolaborasi
Kemahiran sosial dan antara budaya
Literasi maklumat
Produktiviti dan akautabiliti
Literasi teknologi, maklumat dan komunikasiKepimpinan dan tanggungjawab
Kreativiti dan inovasi
Fleksibiliti dan mempunyai keupayaan menyesuaikan diri
Pemikiran kritis dan penyelesaian masalah
Berinisiatif dan mempunyai haluan diri
Komunikasi dan kolaborasi
Kemahiran sosial dan antara budaya
Literasi maklumat
Produktiviti dan akautabiliti
Literasi teknologi, maklumat dan komunikasiKepimpinan dan tanggungjawab
Gambaran Pendidikan Abad Ke-21
Gambaran pendidikan abad ke-21 adalah untuk menyediakan
pembelajaran yang menjurus ke arah Kemahiran Berfikir Aras Tinggi (KBAT) dan
mengurus bilik darjah atau ruang pembelajaran yang lebih dinamik. Namun gambaran
utama adalah bagaimana guru-guru menggunakan pelbagai sumber sokongan teknologi
serta maklumat bagi melaksanakan pengajaran dan pembelajaran yang efektif dan
berkualiti serta relevan dengan perkembangan semasa. Untuk mendepani cabaran
ini, guru secara berterusan perlu mengemaskini pengetahuan (kandungan
kurikulum) dan kompetensi (pedagogi PdP) supaya kekal relevan dengan keperluan
semasa dan akan datang
Ciri-Ciri
Murid Yang Diharapkan hasil pembelajaran abad ke-21 :
Berupaya membuat hubungkait
Bijak menyoal
Yakin berkomunikasi
Dahagakan ilmu
Mengambil risiko
Ingin tahu
Menjana idea
Fkesibel
Tidak berputus ada
Mendengar dan membuat refleksi
Berkemahiran kritis
Menguasai kemahiran literasi
Berani mencuba
Mampu berfikir sendiri
Berinisiatif'
Mampu bekerja dengan orang
Membuat perubahan
Berintegriti
Berupaya membuat hubungkait
Bijak menyoal
Yakin berkomunikasi
Dahagakan ilmu
Mengambil risiko
Ingin tahu
Menjana idea
Fkesibel
Tidak berputus ada
Mendengar dan membuat refleksi
Berkemahiran kritis
Menguasai kemahiran literasi
Berani mencuba
Mampu berfikir sendiri
Berinisiatif'
Mampu bekerja dengan orang
Membuat perubahan
Berintegriti
Mampu bekerja dengan orang
dari ulasan diatas, ada beberapa pertanyaan yang saya ajukan kepada saudara/i,
1. Selain 4 manajemen sistem di atas apakah ada manajemen sistem yang bisa digunakan pada pendidikan abad 21?
2. Apa keunggulan dari keempat sistem di atas dengan manajemen sistem sebelumnya? mengapa hanya ke empat manajemen tersebut?
3. Dalam kurikulum 2013, apakah mengandung berbagai element-element pembelajaran abad 21, dan apakah ciri-ciri murid dewasa ini, sesuai dengan harapan dari proses pembelajaran abad 21?
4. Jika suatu daerah tidak tersedia sarana dan prasarana yang memadai, apakah pembelajaran abad 21, masih bisa dilaksanakan?
Assalamualaikum wr.wb
ReplyDeleteArtikel nya menarik.dari artikel diatas saya ingin bertanya apakah semua jenjang pendidikan siap dengan pembelajaran abad 21 ini.anggap saja saudara syarief seorang pendidik bagaimana sauadara mengahadapi pembelajaran abad 21 ini, sedangkan ditempat sauadara mengajar sarana dan prasarana nya tidak memadai.??
Terima kasih
Jika suatu daerah tidak tersedia sarana dan prasarana yang memadai, apakah pembelajaran abad 21, masih bisa dilaksanakan? tentu pembelajaran abad ke 21 tetap berjalan namun disini yang perlu di perhatikan dituntut kreatifitas guru dan menggunakan model pembelajaran
ReplyDeleteJika suatu daerah tidak tersedia sarana dan prasarana yang memadai, apakah pembelajaran abad 21, masih bisa dilaksanakan?
ReplyDeletesaya rasa bisa karena proses pembelajaran di abad 21 ini tidak tergantung pada sarana dan prasarana saja tapi juga tergantung pada kreatifitas seorang guru dalam memanfaatkan media dan model pembelajaran yang ada pada saat sekarang ini.
Menyikapi pertanyaan no 4.?
ReplyDeleteTentu nya susah untuk terlaksana sistem pembelajaran abad 21 kalau prasarana nya tidak mendukung bagai mana kegiatan proses belajar itu mau di lakukan secara efektif.
Assalamualaikum,
ReplyDeletesaya akn mencoba menjawab pertanyaan anda Dalam kurikulum 2013, apakah mengandung berbagai element-element pembelajaran abad 21, dan apakah ciri-ciri murid dewasa ini, sesuai dengan harapan dari proses pembelajaran abad 21?
Dari artikel yg anda publish, saya rasa terkandung elemen-elemen pembelajaran 21 yaitu Kreativiti dan inovasi
Fleksibiliti dan mempunyai keupayaan menyesuaikan diri
Pemikiran kritis dan penyelesaian masalah
Berinisiatif dan mempunyai haluan diri
Komunikasi dan kolaborasi
Kemahiran sosial dan antara budaya
Literasi maklumat
Produktiviti dan akautabiliti
Literasi teknologi, maklumat dan komunikasiKepimpinan dan tanggungjawab
sedangkan,, dan ciri-cirinya menurut saya sudah sesuai harapan, walaupun tdk seluruh sekolah sudah menerapkan itu, dengan itu pihak sekolah akan selalu dan berusaha untuk menerapkannya, contoh saja dari pengalaman pribadi saya, di sekolah saya akan melaksanakan UN, Dari pemerintah menghimbau untuk ujian dengan menggunakan komputer, dan itu dri pihak sekolah saya berusaha memenuhinya, karna kita sebagai pendidik harus bersikap positif dengan perubahan modern ini. lalu contoh kedua, walaupun sekolah saya baru berdiri dan bebasis pesantren tetapi kami berusaha untuk menerapkan pembelajran abad ke 21 yaitu student centered. dimana kami melaksanakan pelatihan dan mengundang pembicara yg memang cakap dalam metode dan kurikulum 2013 ini, terima kasih
Mengenai sarana ptasarana memang harus ada perbaikan, namun jika sarana belum memadai pakailah yg ada sambil mengusahakan penambahan sarana lain, bangun komunikasi baik antara pejabat sekolah dengan pemerintah terkait, supaya pemerataan sarana terlaksana... pembelajaran kreatig dan inovatif juga harus diterapkan
ReplyDeleteDari artikel diatas, saya ingin bertanya; Tantangan apa yang diharapkan dari siswa dalam menjalani proses pembelajaran abad 21?
ReplyDelete